KBRT – Tak hanya bijinya yang bernilai jual tinggi, gagang atau tangkai cengkeh juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi para petani di Trenggalek. Gagang yang dipisahkan dari biji cengkeh itu dikeringkan dan dijual ke pengepul, dengan harga yang cukup menjanjikan.
Wakidi, seorang petani cengkeh asal Kecamatan Watulimo, mengatakan bahwa gagang cengkeh yang biasanya dianggap limbah justru kini bisa menambah pemasukan.
“Gagangnya ini dikumpulkan kemudian dijual ke pengepul,” ujar Wakidi saat ditemui, Minggu (13/07/2025).
Menurutnya, harga gagang cengkeh saat ini berada di kisaran Rp2.000 per kilogram untuk kondisi basah, dan Rp10.000 per kilogram untuk gagang kering.
“Kemarin saya jual gagang basah Rp2 ribu per kilo, keringnya Rp10 ribu,” jelasnya.
Meski demikian, harga gagang cengkeh juga mengalami fluktuasi seperti halnya biji cengkeh. Cuaca dan permintaan dari pabrik penyulingan menjadi faktor utama naik turunnya harga.
Wakidi menyebut, harga tertinggi untuk gagang cengkeh kering pada musim panen tahun ini sempat menyentuh angka Rp12.000 per kilogram. Bahkan, dalam catatannya, harga tertinggi sepanjang dirinya bertani terjadi pada musim panen tahun lalu yang mencapai Rp17.000 per kilogram.
“Pernah harga gagang cengkeh sampai Rp17 ribu per kilo, itu satu musim lalu,” ungkap Wakidi.
Rasio bobot antara gagang cengkeh basah dan kering cukup besar. Menurut Wakidi, dibutuhkan hampir 5 kilogram gagang basah untuk menghasilkan 1 kilogram gagang kering. Sementara itu, rasio antara cengkeh basah dan kering biasanya 3 banding 1.
“Kalau banyak dijual kering, kalau sedikit dijual basah,” imbuhnya.
Wakidi mengatakan bahwa dalam satu hari, ia mampu mengumpulkan sekitar 8 kilogram gagang cengkeh. Jumlah itu berasal dari hasil petikan 20 kilogram cengkeh.
Ia menambahkan bahwa gagang cengkeh yang terkumpul umumnya digunakan untuk bahan baku minyak cengkeh setelah melalui proses penyulingan oleh pabrik.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz