- Tim Ekspedisi Indonesia Baru berkunjung ke Kabupaten Trenggalek untuk berbagi "oleh-oleh" berupa temuan selama perjalanan pada Selasa (5/12/2023)
- Selain untuk memaparkan temuan, kegiatan yang diselenggarakan oleh Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) itu merupakan salah satu bentuk dukungan tim Ekspedisi Indonesia Baru pada masyarakat Trenggalek dalam menolak tambang emas.
- Dandhy Laksono, salah satu personil Ekspedisi Indonesia Baru, menyampaikan pendapatnya tersendiri soal masyarakat Kabupaten Trenggalek setelah sebelumnya melakukan perjalanan keliling Indonesia
Tim Ekspedisi Indonesia Baru berswa foto bersama peserta Unboxing Oleh-oleh Indonesia Baru[/caption]Begitu pula dengan anak-anak muda di Trenggalek. Dandhy merasa bahwa terdapat perbedaan antara pemuda Trenggalek dan pemuda di daerah lain. Menurutnya, pemuda pada umumnya memiliki kecenderungan untuk melakukan perombakan, salah satunya dapat berupa eksploitasi sumber daya alam.Namun lagi-lagi, Dandhy justru melihat banyak pemuda Trenggalek yang memiliki kecenderungan berbeda dari pemuda pada umumnya."Yang bergerak [menolak tambang] di Trenggalek juga banyak anak-anak muda. Di tempat lain saya melihat [yang bergerak ialah] orang-orang tua. Karena orang-orang tua yang punya sense tanggung jawab untuk mempertahankan apa yang sudah ada," ujar Dandhy."Anak muda nih kan biasanya justru harapannya [membuat] apa yang belum ada. Dia menginginkan apa yang yang belum ada. Tapi di [Trenggalek] sini, kayaknya visi [anak-anak muda] nya juga berbeda," tambahnya.Menurut Dandhy, pemuda di Trenggalek justru cenderung memiliki keinginan mempertahankan kearifan daerah, termasuk sumber daya alam. Melihat kecenderungan pemuda Trenggalek, mengingatkan Dandhy pada pemuda yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Pemuda Flores juga ia anggap memiliki kecenderungan mempertahankan kearifan daerah."Saya sudah melihat juga, di daerah lain anak-anak mudanya juga punya kesadaran yang kurang lebih sama. Di Flores itu anak-anak mudanya juga di kampung-kampung itu merasa setelah kuliah, dia harus kembali ke akarnya [daerahnya]," cerita Dandhy.Dandhy berharap solidaritas masyarakat Trenggalek dalam menolak tambang tetap langgeng. Ia juga menyampaikan pesan bagi pemuda agar dapat terus mempertahankan kearifan daerah. Terlebih, bagi para pemuda Trenggalek yang sedang menempuh pendidikan di luar daerah."Justru dengan ilmunya dia [pemuda] harus mengembangkan [daerahnya]. Jadi jangan sampai ilmunya justru dipakai untuk menghancurkan kampungnya sendiri, karena [misalnya] dia datang sebagai karyawan atau sebagai anak buahnya investor, gitu ya," terang Dandhy.Jadi dia [seharusnya] datang sebagai delegasi pendidikan yang dikirim oleh orang-orang di kampungnya untuk berkuliah. Ketika dia pulang, dia pakai ilmunya itu justru untuk memperkuat kampungnya. Jadi, [bukan] sebaliknya, ilmunya tidak di pakai untuk melawan kampungnya sendiri," tandasnya.Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat














