Kabar Trenggalek - Petisi penolakan tambang emas Trenggalek tembus 19.000 lebih tanda tangan. Berkaitan dengan penolakan ini, Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) getol mengingatkan dampak rusaknya alam jika tambang emas beroperasi di bumi minak sopal Trenggalek, Minggu (12/09).
Mukti Satiti, Koordinator ART mengatakan beberapa pertimbangan yang sampai saat ini masih menjadi landasan untuk melakukan penolakan eksploitasi tambang emas Trenggalek.
Mukti memulai dengan sebuah pertanyaan, "Jika musim kemarau masyarakat trenggalek kekeringan, bagaimana nantinya jika sumber yang menghidupi masyarakat, dirusak oleh aktivitas tambang emas?"
"Tidak bisa mengelak lagi, jika kemarau masyarakat kekeringan, karena masyarakat sangat bergantung pada sumber mata air. Wilayah konsesi tambang emas di Trenggalek, banyak sumber mata air yang selama ini menghidupi masyarakat," terang alumni Teknik Elektronika ITN, Malang itu.
Mukti mengatakan, Kabupaten Trenggalek memiliki banyak kawasan karst. Kawasan karst di Trenggalek berfungsi sebagai tandon alami sumber mata air. Jika terjadi penambangan emas, alam Trenggalek bakal terancam.
"Peta ekploitasi tambang emas akan dimulai dataran tinggi buluroto. Pasti akan menyebabkan dampak sumber yang berada di bawah, seperti sungai tawing, sumber muncar dan situs telaga ngudalan," jelas Mukti.
Mukti melanjutkan, masyarakat harus paham terkait dampak tambang emas yang wilayah konsesinya juga berada dipermukiman. Permukiman yang sudah bertahan dari berbagai generasi harusnya sadar akan bencana ekologis yang mengancamnya.
"Kami juga terus mengawal bagaimana Pemerintah Daerah Trenggalek berkomitmen dan memihak dengan masyarakat, sesuai dengan jargon Meroket. Besok kita mengadakan diskusi. Saya harap partisipasi dari masyarakat agar semua paham," tutup Mukti.
Link pendaftaran diskusi publik "Rakyat Trenggalek Waspada Tambang Emas,":