Trenggalek – Suasana sore hingga malam di Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, tampak berbeda pada Kamis (24/10/2025). Sejumlah pemuda dan warga kompak memasang spanduk besar bertuliskan “Tolak Tambang Emas – Sumberbening Menolak Alat Berat Apapun untuk Eksplorasi Maupun Eksploitasi Tambang dan Menolak Tindakan Ekstraktivisme yang Mengorbankan Ekologi.”
Aksi itu bukan pertama kalinya dan merupakan bentuk pernyataan sikap terhadap ancaman tambang emas di kawasan Gunung Sengunglung. Banner terpasang di tujuh titik strategis wilayah Desa Sumberbening, hasil gotong royong antara Karang Taruna dan kelompok masyarakat yang menamakan diri Jerse (Jelajah Rimba Sengunglung).
Menurut Bambang, perwakilan Karang Taruna sekaligus penggerak kelompok Jerse, pemasangan banner dilakukan secara swadaya. Ia menyebut, langkah itu lahir dari keresahan warga setelah isu aktivitas tambang emas kembali ramai dibicarakan.
“Baru-baru ini aktivitas tambang itu muncul lagi. Kami, warga lokal yang mencintai alam dan keasrian desa, menolak dengan cara seperti ini. Kami tidak bisa menyampaikan langsung ke pihak perusahaan, jadi memasang banner adalah cara kami menyatakan sikap,” tutur Bambang.

Ia menegaskan, masyarakat Sumberbening sepakat menolak aktivitas eksplorasi maupun eksploitasi tambang emas di Gunung Sengunglung. Penolakan itu bukan tanpa alasan. Warga menilai keberadaan tambang akan mengancam kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem gunung yang menjadi penyangga kehidupan beberapa kecamatan di sekitarnya.
“Gunung Sengunglung itu tulang punggung Dongko, kalau ditambang dampaknya bisa berpengaruh sampai Pule, Suruh, dan Panggul, dampaknya luar biasa,” ujar Bambang.
Selain menjadi sumber air bagi masyarakat, Gunung Sengunglung juga dikenal masih menyimpan keragaman hayati dan fauna liar yang terjaga. Kekhawatiran warga bertambah karena aktivitas ekstraktif dikhawatirkan akan mengubah bentang alam dan memicu bencana ekologis seperti longsor dan krisis air.
Hingga kini, kata Bambang, belum ada reaksi dari pihak yang mendukung tambang terkait pemasangan banner tersebut. Menurut pengalamannya, banner yang pernah dipasang dirusak orang tak bertanggung jawab.
“Biasanya dulu banner seperti ini sering dirusak, tapi untuk sementara ini masih aman,” katanya.
Pihak Karang Taruna berharap, dengan penolakan terbuka ini, pemerintah daerah maupun perusahaan terkait tidak melanjutkan rencana tambang di wilayah mereka. “Kami hanya ingin desa kami tetap lestari. Gunung Sengunglung biarlah tetap hijau, jangan dikorbankan demi tambang,” ujarnya menutup perbincangan.
Tim redaksi Kabar Trenggalek sempat menghubungi pihak PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) melalui pesan WhatsApp untuk meminta tanggapan atas penolakan warga. Hingga berita ini diterbitkan, pihak perusahaan belum bersedia memberikan keterangan dan meminta waktu lain untuk menyampaikan penjelasan.
Kabar Trenggalek - Lingkungan
Editor:Tri















