Trenggalek kini memiliki wisata pendakian gunung. Jalur pendakian tersebut baru dibuka Kamis (26/12/2024). lokasinya berada di Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko.
Warga menamai dengan Gunung Sengunglung, ketinggiannya mencapai 1.250 Meter diatas permukaan laut (Mdpl). Untuk mencapai puncaknya ada dua opsi, bisa melewati Kecamatan Pule, dan Dongko.
Dua jalur ini memiliki kelebihan masing-masing. Jika melewati rute Kecamatan Pule, pendaki akan disuguhi pemandangan lahan produktif garapan warga. Akan tetapi jika melewati jalur Kecamatan Dongko, pendaki akan dipertemukan tanjakan, hutan rindang dan air terjun yang eksotis.
Daftar Isi [Show]
Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Toni Widianto, mengatakan, pada waktu pembukaan jalur tersebut, ia ikut mendaki sampai puncak gunung Sengunglung, melalui jalur Dongko.
Ia menyampailkan bahwa pembukaan jalur tersebut pertama kali dilakukan oleh Prajurit Rimba, komunitas yang intens menggeluti pendakian gunung. Tentu saja mereka ditemani oleh Pokdarwis dan Pemerintah Desa Sumberbening.
“Jaraknya dari kaki gunung menuju puncak kisaran 4,5 Kilometer. Sehingga jarak tempuh normal 3 jam dan memiliki 4 pos untuk istirahat pendaki,” ungkapnya saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.
Menurutnya, wisata pendakian ini dibagi menjadi dua. Pertama khusus pendaki, kedua khusus masyarakat umum. Untuk masyarakat umum bisa berwisata ke curug Petuk yang memiliki keindahan alami.
Tanjakan Asu dan Curug Petuk Jadi Andalan
Untuk menuju puncak, para pendaki harus berjuang keras. Masih menurut pengalaman Toni, ada tanjakan yang cukup berat. Tanjakan tersebut menghubungkan antara pos 1 sampai dengan pos 2, Pokdarwis setempat menamainya dengan julukan tanjakan Asu.
“Tanjakan Asu ini cukup agak naik, akan tetapi pendaki tidak perlu khawatir karena jalur sudah tertata. Kemudian pohon rindang menyelimuti jalur kalau pos 2-4 cukup relatif,” tandas Toni.
Rasa capek mendaki Gunung Sengunglung akan terobati kala sudah sampai di curug Petuk, tempatnya berdekatan dengan Pos 4. Curug ini masih alami dengan kesejukan air dingin, rindangnya pohon menyelimuti sekeliling curug, para pendaki bisa beristirahat di sini sambil bermain air.
“Curug petuk itu ada air terjun yang tingginya 15 sampai 20 meter, ini yang menjadi pembeda kuat jalur pendakian via pule dan dongko,” tandasnya.
Tiket Masuk Murah, Meski Belum ada Tempat Camping
Bagi pendaki yang mau menjajal naik ke gunung Sengunglung, hanya perlu merogoh kocek sedikit, yakni Rp.5.000. Menurut Toni, biaya murah tersebut untuk ongkos penitipan motor dan bentuk apresiasi kepada pokdarwis dan komunitas membuka lahan.
Selain itu, ia juga mengatakan ada porter atau pendamping yang bisa di sewa untuk menemani pendakian.
“Untuk registrasi pendakian berada di rest area Thuk Dali, kemudian pendaki akan diarahkan menuju basecamp pendakian,” ucapnya.
Sementara untuk pendaki yang hendak camping masih belum ada tempat. Toni merekomendasikan, tempat camp berada di sekitar Pos 4 yang berdekatan langsung dengan aliran sungai dan curug Petuk.
“Kemarin kami waktu pendakian ke puncak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jawa Timur untuk mengamati satwa di jalur pendakian. Karena kami juga sedang merintis wide life tourism,” tandasnya.
Pesan Kepala Disparbud: Jaga Kelestarian Alam dan Keamanan
Kepala Disparbud Sunyoto mengungkapkan pesan penting kepada para pengelola dalam mengurus wisata, saling koordinasi dengan pihak terkait adalah kunci. Menurutnya, apapun itu jika destinasi sudah menjadi duit akan jadi polemik.
“Karena segala sesuatu sudah jadi duit kalau tidak dikoordinasikan sejak awal akan jadi polemik, jadi kita tahu hutan itu punya Perhutani jadi harus ada koordinasi dengan Perhutani,” tegasnya.
Penekanan penting dari Sunyoto adalah untuk menjaga kelestarian alam di Sengunglung, meski ini dimanfaatkan untuk wisata, proses pelestarian vegetasi dan satwa harus dikedepankan.
“Sehingga wisata itu akan menjadi lestari dan tidak hanya dieksploitasi. Kemudian keamanan pariwisata harus menjadi sesuatu yang dipegang teguh,” tandasnya.
Editor:Tri