Kabar Trenggalek - Tambang emas yang mengancam kerusakan lingkungan di Kabupaten Trenggalek banyak menuai penolakan. Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menggenggamkan tangan sebagai bentuk keberpihakan terhadap masyarakat untuk menolak tambang emas, Selasa (14/09).
Arifin, dalam diskusi publik "Rakyat Trenggalek Waspada Tambang," menyampaikan banyak terima kasih terhadap pemerhati lingkungan. Menurut Arifin, komitmen pemerhati lingkungan dan masyarakat Trenggalek dalam mengadakan diskusi itu berperan untuk mendorong penolakan tambang emas Trenggalek.
"Masyarakat jangan takut ada konflik sosial, walaupun sebenarnya, memang harus ada konflik sosial yang tidak berdarah," ungkap Arifin.
Arifin meyakini, jika tidak ada konflik sosial, pertambangan emas bisa masuk secara mudah.
"Jika ada konflik sosial, saya bisa masuk dengan dasar Undang Undang nomor 23, bahwa urusan pokok pemerintah daerah itu melaksanakan keamanan dan ketertiban. Sehingga saya nanti bisa melakukan justifikasi bahwa kegiatan ini harus dihentikan bahwa dengan alasan keamanan dan ketertiban," tegas penulis buku 'Soekarno Menerjemahkan Al-Quran' itu.
Arifin menambahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek juga sudah melakukan ratusan juta untuk investasi air bersih. Salah satunya di Kecamatan Kampak, yang termasuk wilayah konsesi pertambangan emas.
"Jika sekarang coba sumber airnya dimatikan, apakah masyarakat senang? Karena wilayah yang dibayarkan pada jaminan reklamasi tersebut berkenaan di Desa Karangrejo, Kecamatan kampak," imbuh Arifin.
Mengenai mata air, kata Arifin, jika terjadi pertambangan emas maka ada aspek yang akan mengancam masyarakat. Yaitu debit airnya berkurang, airnya tercemari dan yang berdampak fatal adalah sumber air mati.
"Kita punya uang ratusan juta, tapi kalau sumber mata tidak ada, apakah setiap hari kita akan membeli air dalam kemasan? Maka kawal terus cita-cita kita ini untuk penolakan tambang emas,"ujar pria yang akrab disapa Mas Ipin itu.