Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Angka Kesakitan dan Kematian Meningkat 200% di Masa Remaja Akhir

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengungkapkan angka kesakitan dan kematian meningkat 200% di masa remaja akhir. Hal itu disampaikan oleh dr. Khamelia Malik.Menurut dr. Khamelia, meningkatnya angka kesakitan dan kematian itu disebabkan oleh masalah kejiwaan seperti gangguan kesehatan mental atau depresi yang rentan terjadi pada remaja. Data di Indonesia menunjukkan sebanyak 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.Kata dr. Khamelia, gangguan kesehatan mental ini menjadi paradoks terhadap kesehatan remaja. Apalagi, secara fisik, masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi dan berbagai jenis cedera.“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200% di masa remaja akhir ini," ungkap dr. Khamelia, melansir laman sehat negeriku.Kebanyakan remaja, lanjut dr. Khamelia, mengalami gangguan kesehatan mental salah satunya karena ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi. Akibatnya, para remaja itu mengalami kesakitan hingga kematian (bunuh diri).Menurut penilaian dr. Khamelia, penyebab remaja sulit dipahami karena ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat dibanding area lainnya. Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan. Artinya, remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan implusif serta kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa."Inilah sebabnya penting bagi orang tua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi dan mengambil pilihan yang lebih sehat," ujar dr. Khamelia.Oleh karena itu, dr. Khamelia mengimbau orang tua ataupun guru perlu membantu remaja untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja."Selain itu juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga," terangnya.Hal yang sama disampaikan anggota Perhimpunan Psikolog Indonesia, Nimaz Dewantary. Ia mengatakan, edukasi diri sendiri mengenai apa yang tengah dialami anggota keluarga akan sangat membantu kestabilan emosi remaja."Upaya lain yang dapat dilakukan dengan membantu mendapatkan bantuan professional ke psikolog, memberi dukungan dalam menjalani terapi, menghilangkan stigma dan meluangkan waktu untuk diri sendiri akan sangat membantu dalam menangani masalah kesehatan mental," tandas Nimaz.