Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Alpukat Trenggalek Terancam Gagal Panen, Kemarau Basah Jadi Biang Kendala

Petani alpukat di Trenggalek terdampak kemarau basah. Pohon gagal berbunga, padahal tahun lalu panen sempat melimpah.

  • 22 Sep 2025 20:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Kemarau basah bikin alpukat di Trenggalek gagal berbunga
    • Sujikan rawat 80 pohon, tahun lalu panen 6 kwintal alpukat
    • Kebun juga dikembangkan jadi wisata edukatif bersama istri

    KBRT – Kemarau basah yang melanda Kabupaten Trenggalek berdampak pada produksi alpukat milik petani. Banyak pohon tak kunjung berbunga, padahal seharusnya periode Agustus–September menjadi masa berbunga alpukat.

    Perbedaan iklim membuat tanaman yang seharusnya memasuki fase generatif justru berlarut dalam fase vegetatif.

    “Kalau dikasih dua bulan saja cuaca cerah seharusnya sudah berbunga. Tapi karena sekarang lagi kemarau basah, sedikit pohon yang berbunga,” ujar Sujikan (58), petani asal Desa Banaran, Kecamatan Tugu.

    Di lahannya seluas 150 ru, terdapat 80 pohon alpukat berusia lebih dari empat tahun. Tahun lalu sebagian besar pohon sudah berbuah, namun tahun ini bunga hanya muncul di sebagian kecil pohon.

    “Kalau maksimal, satu pohon bisa menghasilkan dua kwintal lebih. Tapi karena pohon-pohon saya masih remaja, belum bisa berbuah sebanyak itu,” jelasnya.

    Meski hasil panen terancam menurun, Sujikan tetap sabar. Tahun lalu ia berhasil memanen sekitar enam kwintal alpukat dari setengah jumlah pohonnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Dulu waktu pertama nanam, bibitnya saya beli Rp15 ribu per batang. Melihat sekarang sudah ada yang berbuah saja sudah bahagia,” katanya.

    Sujikan tidak bekerja sendiri. Bersama istrinya, Nur Hidayati (50) yang berprofesi guru PAUD, ia merawat kebun sekaligus mencoba menjadikannya wisata edukatif.

    “Waktu dibuat wisata edukatif, teman-teman guru beserta murid banyak yang ingin datang. Tapi buahnya sudah habis. Saya sampai menyiapkan materi untuk anak-anak usia dini saat berkunjung ke kebun,” cerita Nur.

    Konsep wisata edukatif itu ia gagas setelah berkunjung ke kebun salak di Jogjakarta. Nur menilai, hal-hal sederhana seperti mengenalkan jenis alpukat dan cara perawatan sudah menarik bagi pengunjung, terutama anak-anak.

    Di kebunnya, pasangan ini menanam beragam varietas, mulai dari marcus, aligator, kendil, hingga alpukat Vietnam. Sujikan menyebut masing-masing punya karakter berbeda, misalnya alpukat kendil yang lebih bulat atau marcus yang berdaging tebal dengan biji kecil.

    Meski harus menunda panen, Sujikan mengaku tetap tenang. “Entah nanti hasilnya sesuai harapan atau tidak, kalau sudah seusia saya ini yang penting hatinya adem. Saya percaya kalau dirawat dengan baik, besok pohon-pohon ini yang gantian memberi manfaat,” kata dia.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz