KBRT - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Trenggalek kembali menuai sorotan. Hingga kini, sebanyak 34 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi penyedia makanan bagi siswa belum memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS).
Kondisi itu dibenarkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Trenggalek, Edy Soepriyanto. Menurutnya, belum ada satu pun dapur MBG yang mengantongi sertifikat higienitas tersebut.
Fakta ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan wali murid, karena anak-anak mereka telah mengonsumsi makanan dari dapur yang belum terverifikasi laik higienis.
Salah satu wali murid, Yuyun Sugiarti (46), warga Desa Sumber, Kecamatan Karangan, mengaku merasa cemas setelah mendengar kabar tersebut.
“Kalau saya pribadi, MBG memang membantu anak saya makan siang. Tapi saya khawatir, apalagi setelah baca berita-berita di media sosial. Anak saya juga cerita, pernah lihat di piring temannya ada ulat,” kata Yuyun saat dihubungi.
Ia menambahkan, meskipun ada tenaga ahli gizi yang mengawasi program MBG, kenyataan di lapangan masih menunjukkan kelemahan dalam aspek kebersihan.
Yuyun berharap Pemkab segera memproses sertifikat higienis bagi seluruh dapur MBG agar dapat menjamin kepercayaan publik.
“Harapan saya, sertifikat segera diproses. Itu penting supaya orang tua tenang. Pengawasan juga harus lebih ketat agar tidak ada kejadian keracunan seperti yang ramai di media sosial,” ujarnya.
Kekhawatiran serupa diungkapkan Ahmad Dahlan (36), wali murid dari TK Dharma Wanita Sambirejo, Kecamatan Trenggalek. Ia sempat mencicipi makanan MBG yang dibawa pulang oleh anaknya dan menilai rasanya kurang layak konsumsi.
“Sebetulnya saya was-was kalau dapur MBG belum punya sertifikat higienis. Saya pernah cicipi makanannya dua hari berturut-turut, rasanya hambar,” ujar Dahlan melalui sambungan telepon, Senin (21/10/2025).
Dahlan menyebut anaknya sudah tidak lagi memakan MBG sejak dua minggu terakhir karena tidak suka dengan rasanya. Meski demikian, masih ada anak-anak lain di sekolah yang tetap mengonsumsi makanan tersebut.
“Saya berharap program MBG bisa sesuai harapan, gizinya seimbang, rasanya enak, dan dapurnya punya sertifikat higienis supaya orang tua tidak khawatir,” ungkapnya.
Sementara itu, pendapat berbeda datang dari Sulistiyani, wali murid MI Al-Hikmah Desa Melis, Kecamatan Gandusari. Ia menilai belum adanya sertifikat higienis bukan masalah besar, asalkan pelayanan tetap berjalan.
“Ya tidak apa-apa, namanya juga gotong royong. Mungkin belum punya sertifikat tapi sudah berupaya memberi fasilitas. Yang penting tetap jalan dan makin baik ke depannya,” katanya saat ditemui.
Sulistiyani menambahkan, anaknya sudah menerima MBG sejak sebulan lalu. Ia mengaku sempat mendapat makanan dengan kondisi kurang layak, namun pihak sekolah langsung menegur pengelola dapur.
“Pernah nasinya agak keras dan sayurnya kurang enak, mungkin karena dimasak pagi-pagi lalu ditutup lama. Tapi tidak selalu. Harapannya, MBG makin bagus, supaya anak-anak sehat dan pintar,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz