Imbauan pembongkaran tugu pencak silat dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur kini tuai tanggapan dari pengurus organisasi pencak silat Trenggalek.
Pembongkaran tugu pencak silat di Trenggalek kini mulai ada kesadaran. Hal itu didasari pendirian tugu pencak silat yang berada di fasilitas umum (fasum).
Arief Wibisana, Ketua Ikatan Kera Sakti Putra Indonesia (IKSPI) Trenggalek buka suara. Katanya, permasalahan tugu di Trenggalek sudah menjadi pembahasan sejak 2018.
Kala itu ada wacana dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek untuk menertibkan tugu pencak silat. Dulu alasannya salah satu pemicu konflik.
“Seingat saya berdasarkan pendataan pemkab saat itu ada sekitar 325 tugu berbagai organisasi pencak silat tersebar di seluruh Trenggalek, jadi mungkin jumlahnya saat ini telah bertambah,” tegasnya.
Dengan adanya imbauan itu, kata Arief, IKSPI Trenggalek siap dan bakal membantu membongkar tugu yang berada di fasilitas umum. Namun sebaiknya dikaji lagi, karena tindakan merobohkan tugu tidak berdampak apapun.
Paparnya, jika berdirinya tugu tersebut lebih baik diganti dengan tugu bersama atau tugu yang berbau nasionalis, sehingga menumbuhkan rasa cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Bagi kami, tugu itu bukan suatu barang yang sakral dan harus dilindungi mati-matian, makanya siap membongkarnya jika itu telah menjadi keputusan," tambahnya.
Kata Arief, keberadaan tugu pencak silat di Trenggalek khusus IKSPI tidak ada instruksi tertentu. Dirinya hanya mengimbau kepada anggota jika ada anggaran lebih baik dibelikan alat latihan.
"Selain itu terkait pembangunannya kami tidak pernah memberikan instruksi, malah mengimbau kepada anggota jika ada dana lebih baik digunakan untuk membeli perlengkapan latihan dibanding membangun tugu,” ujar Arief.