Tolak Tambang Emas, Kades Sumberbening Ajak Desa-Desa di Trenggalek Cinta Lingkungan
Kabar Trenggalek -Perjuangan tolak tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) terus mencuat dari berbagai desa di Kabupaten Trenggalek. Salah satunya, perjuangan tolak tambang emas disuarakan oleh masyarakat Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, Trenggalek, Jumat (09/09/2022).Suyanto, Kepala Desa (Kades) Sumberbening menyampaikan alasan warga Sumberbening menolak tambang emas PT SMN, karena warga Sumberbening mencintai lingkungan."Cinta lingkungan itu dibuktikan dengan action-action. Jadi alhamdulilah, dengan kecintaan kita terhadap lingkungan dan kesehatan, Sumberbening itu sudah dua kali juara Adipura kategori Desa Sedang tingkat Kabupaten Trenggalek," ungkap Suyanto.Suyanto menyampaikan penolakan tambang emas di hadapan ratusan warga Desa Sumberbening, saat kegiatan Rembug Warga, pada Senin (06/09/2022) lalu.Kegiatan Rembug Warga itu juga dihadiri oleh berbagai jejaring solidaritas perjuangan penolakan tambang emas PT SMN. Ada Izzudin Zakki (Ketua PC Ansor Trenggalek), Fanny Tri Jambore (WALHI Nasional), Ki Bagus Hadi Kusuma (JATAM Nasional), dan Taufiqurrachim (LBH Surabaya), dan lain-lain.[caption id="attachment_19686" align=aligncenter width=1600] Gus Zaki (kanan) menyuarakan tolak tambang emas saat Rembug Warga di Desa Sumberbening/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Suyanto menyampaikan, di tingkat Provinsi Jawa Timur, Desa Sumberbening termasuk 5 besar Desa Berseri (Bersih dan Lestari). Prestasi itu juga dikarenakan kepedulian warga Sumberbening terhadap lingkungan hidup, kebersihan, serta keindahan.Suyanto juga menyebutkan, Desa Sumberbening menjadi salah satu dari 11 desa se-Indonesia yang bakal dikunjungi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam program desa pro iklim, pada Kamis (08/09/2022) depan. Sebelumnya, ada 123 desa se-Indonesia yang mengajukan sebagai desa pro iklim ke KLHK."Jadi kami sangat bersyukur Allah memberikan anugerah berupa alam yang membuat kami nyaman dan juga indah, walaupun di dalamnya ada masalah [ancaman tambang emas PT SMN]," ucap Suyanto."Harapan kami, [cinta lingkungan] itu menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi pemerintah yang kemarin mengeluarkan izin untuk eksplorasi SMN, supaya perlu dikaji ulang," tandasnya.Tak hanya itu, Suyanto berharap desa-desa lain di Trenggalek juga bisa mencintai lingkungannya masing-masing. Sehingga, muncul desa-desa di Trenggalek yang pro iklim."Kalau [cinta lingkungan] itu ampuh, saya kira Trenggalek harus memunculkan desa-desa pro iklim yang lain, selain Sumberbening. Utamanya desa yang hari ini masuk dalam peta izin dari PT SMN," tandasnya.Menurut Suyanto, warga Desa Sumberbening sangat cinta dengan desanya, alam dan lingkungannya. Buktinya, hampir semua warga itu senang menanam bunga. Jarang pekarangan rumah warga yang kosong. Semua gemar berkebun, bertani, dan bercocok tanam. Secara kultur turun-temurun, Desa Sumberbening adalah daerah pertanian.[caption id="attachment_19678" align=aligncenter width=768] Rembug Warga di Desa Sumberbening tolak tambang emas PT SMN/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]"Mayoritas warga Sumberbening menolak tambang emas PT SMN. Meskipun PT SMN menawarkan sapi kurban Idul Adha maupun bantuan Peringatan Hari Besar Nasional [PHBN], warga Sumberbening tetap menolak," tegas Suyanto."Insyaallah kami masih bisa membedakan mana yang berbahaya mana yang tidak. Mau bagaimanapun juga, nyawa saya ada di tangan Tuhan dan rakyat. Kalau saya diminta menjual masyarakat, tentu tidak saya lakukan," imbuhnya.Perjuangan tolak tambang juga dibenarkan oleh Yoga Prambudi, Ketua Karangtaruna Desa Sumberbening. Yoga menyampaikan bahwa sejak tahun 2016, warga Sumberbening sudah berjuang menolak tambang emas PT SMN.Penolakan itu kembali disuarakan tahun 2022 ini, lantaran Yoga dan beberapa warga Sumberbening didatangi oleh Humas PT SMN dan Far East Gold (FEG)."Terus terang, kami tidak rela kalau desa kami yang ijo royo-royo, asri, diberi oksigen yang melimpah ruah, gratis, minum gratis, mandi gratis, nah kami sepakat untuk tambang emas itu tidak terjadi di Sumberbening," tegas Yoga.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *