Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Tarzan dari Trenggalek, Tekuni Sadap Pinus Puluhan Tahun di Hutan

Istilah Tarzan tak hanya dalam kisah fiksi, namun juga ada di Kabupaten Trenggalek. Gambaran tersebut rupanya bukan tarzan secara harfiah hidup dengan gorila dan binatang buas.

Namun, Tarzan yang memanfaatkan hidupnya berdampingan dengan alam kini bisa dijumpai di Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Pagi hari, Jono (59) yang beralamat di RT 36 RW 12 Desa Sumurup, menggantungkan hidup dengan sadap pinus.

Suara patahan terdengar, pria berambut putih itu memulai aktivitasnya sejak pukul 05.00 WIB. Ribuan pohon pinus yang ia ambil getahnya cukup banyak. Kedua tangan dan peralatan sederhana yang ia sebut 'Pecok' menemani puluhan tahun.

Jono mengaku, memulai sadap pinus di hutan wilayah Desa Sumurup sejak tahun 1985 silam. Seluas lahan 1 hektar ia pegang dibawah naungan kelompok LMDH Wana Mustika binaan Perhutani.

"Baru menikah saya langsung kerja disini di bawah hutan pinus, pada tahun 1985 saya biasa menerima upah Rp. 100 ribu," terangnya saat ditemui.

Upah pertama yang ia pegang itu bukan gaji, namun seberapa banyak ia dapat mengumpulkan getah pinus, kemudian diberi harga oleh pihak LMDH. Dalam satu bulan saat ini ia mampu mengumpulkan getah pinus 240 kilogram.

"Alhamdulilah, saat ini menerima upah sebanyak 1,5 juta. Tentu berbeda karena ada kenaikan meski standard saya mengumpulkan getah 240 kg," katanya sambil memahat pohon pinus.

Pohon pinus yang menjulang tinggi dan rindang ia tekuni untuk dipahat, diameter 50 centimeter (Cm) ia kasih batok sebanyak 4 dan untuk ukuran 30 Cm ia kasih batok wadah getah sebanyak 2.

Batok tempat getah pinus milik Jono satu bulan bisa dipanen dua kali. Panen yang cepat itu berkat ada bantuan obat yang diberikan perhutani untuk mengeluarkan getah pinus.

"Lahan satu hektar 7 hari untuk panen dan memahat getah sudah cukup karena biasanya saya dibantu istri," ungkapnya.

Keringat bercucuran ia rasakan setiap hari, namun ia tetap tekun. Jika untung ia mendapatkan lokasi pohon pinus di ladang, namun jika kurang beruntung semak-semak harus ia lewati, sesekali Jono bersihkan.

"Tidak takut sama sekali dan belum menemukan ular atau hewan buas saat sadap pinus, mungkin takut dengan saya," candanya saat ditanya penulis.

Tepat pukul 02.00 WIB siang hari, Jono mengakhiri aktivitas menjadi penyadap pinus. Namun, ia langsung bergegas mencari pakan ternak. Lima kambing dipelihara, jadi pasca bekerja ia harus mencari pakan ternak.

"Pulang dari rumah biasanya jam 17.30 WIB pas maghrib. Biasanya orang susah mencari saya, kalau ketemu saya di rumah paling tidak malam dan pagi setelah subuh," ceritanya.

Jono tetap bersyukur, hasil dari sadap pinus dapat menuntaskan kuliah 2 anaknya hingga duduk di perguruan tinggi. Sehingga saat ini ia sudah menikah dan 1 ikut suami dan yang terakhir menetap di rumah Bendungan sambil kerja.

"Saya tetap bekerja meski anak juga kerja. Untuk kebutuhan di Trenggalek saja sudah cukup dari hasil menyadap pinus, dan bakal saya tekuni terus," tandasnya.