Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Tabungan Tak Cair, Anak Anggota Koperasi Madani Trengggalek Gagal PKL ke Malang

  • 16 Jul 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Nasib pilu kembali menimpa anggota Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Madani. Kali ini, Kamsringatin, seorang ibu rumah tangga sekaligus pedagang makanan di Watulimo, harus menelan kenyataan pahit: anaknya tak bisa mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di luar kota karena tabungan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun tak kunjung cair.

    Putra Kamsringatin kini duduk di kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sesuai ketetapan sekolah, lokasi PKL ditentukan di wilayah Tulungagung dan Malang. Namun karena ketiadaan biaya, anaknya akhirnya harus menjalani PKL di sekitar Watulimo saja.

    “Seharusnya ikut PKL ke Malang atau Tulungagung, tapi biayanya tidak cair dari Madani maka PKL-nya di daerah Watulimo sini,” ujar Kamsringatin kepada Kabar Trenggalek.

    Ia menjelaskan, selama sekitar empat tahun dirinya menabung di KSPPS Madani melalui pegawai koperasi yang biasa menerima setoran. Tujuannya jelas: untuk pendidikan anaknya.

    Baca Juga: Koperasi Madani Tertekan, Hidup Segan Matipun Enggan

    “Akhir Januari saya bilang, sudah itu isu atau tidak isu saya tidak peduli, nanti pas anak saya mau PKL uang yang ditabungan mau saya tarik, Mas. Mau saya belikan sepeda motor anak saya mau PKL ke Tulungagung atau ke Malang,” tutur Kamsringatin, mengulang percakapannya dengan salah satu pegawai koperasi.

    Namun, hingga waktu pelaksanaan PKL semakin dekat, tabungannya tak juga bisa diambil. Ia bahkan hanya berhasil menarik Rp500 ribu saat menjelang Hari Raya, itupun harus mengantre panjang hingga malam hari.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Akhirnya tidak ada sampai saat ini, lepas hari raya itu cair Rp500 ribu, itupun saya antre sampai habis maghrib,” katanya.

    Kamsringatin menuturkan, total simpanannya di koperasi tersebut mencapai Rp88 juta. Rinciannya, Rp50 juta dalam bentuk tabungan deposito, dan Rp38 juta dalam tabungan reguler. Seluruh dana itu ia kumpulkan dari hasil berjualan makanan kecil di depan rumah.

    Karena kondisi mendesak, ia akhirnya meminta bantuan langsung ke pihak sekolah agar anaknya tetap bisa menjalani PKL meskipun hanya di sekitar tempat tinggalnya.

    “Karena terkendala biaya saya menghadap Kepala Sekolah, saya mohon untuk anak saya dapat PKL di sini saja. Akhirnya sama pihak sekolah dicarikan di sekitar sini saja,” jelasnya.

    Kamsringatin mengaku telah puluhan kali datang ke kantor KSPPS Madani, namun belum juga mendapat kejelasan soal pencairan. Ia bahkan sempat meluapkan emosi dan berpikir untuk menyewa pengacara agar dana miliknya bisa segera keluar.

    “Sudah puluhan kali ke Madani, sudah nangis, ngamuk, katanya disuruh nunggu sama pihak Madani. Sampai saya ada niatan mau nyewa pengacara supaya uang saya keluar karena sudah mepet PKL anak saya,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita