Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel
ADVERTISEMENT

Sisa Puing dan Dinding Hitam, Kesaksian Nuryuono dan Kios Pasar Kampak Terbakar

  • 02 Aug 2025 13:33 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Nuryuono dan keluarga nyaris jadi korban kebakaran yang melanda tiga kios di Pasar Kampak.
    • Ruko mereka hanya berjarak 30 cm dari kios terbakar, dinding menghitam terkena asap.
    • Roesmini, istri Nuryuono, sempat pingsan karena panik saat menyelamatkan diri.

    KBRT – “Saya Baru Tidur, Tahu-Tahu Kios Sebelah Sudah Terbakar.” Di tengah malam yang seharusnya menjadi waktu istirahat, kepanikan justru menyergap Nuryuono (82). Pria lanjut usia itu terbangun dari tidurnya bukan karena mimpi buruk, melainkan karena kabar nyata bahwa kios pasar kampak di sebelah rukonya terbakar.

    “Baru saja saya tidur, putra saya yang ada di Desa Senden, Kampak menelpon kalau kios sebelah kebakaran. Saat saya bangun asap sudah menyebar ke mana-mana,” tutur Nuryuono dengan mata masih berkaca-kaca, Minggu (3/8/2025) pukul 10.00 WIB.

    Pukul 02.30 dini hari. Itulah waktu saat ia melihat jam dindingnya sambil tergopoh membangunkan sang istri, Roesmini (72), serta cucu mereka yang tidur di lantai bawah. Belum sempat menyelamatkan diri, pintu depan rukonya yang terbuat dari besi sudah dibentur keras oleh tetangga yang lebih dahulu mengetahui kebakaran.

    “Alhamdulillah, saya beserta seisi rumah masih dalam lindungan Allah. Barang-barang sempat kami keluarkan. Tapi api tidak sampai menjalar ke rumah saya,” kata Nuryuono yang tetap menunjukkan rasa iba kepada para tetangga yang kehilangan tempat usaha.

    Hanya selisih tembok sekitar 30 sentimeter dari kios yang dilalap api, bangunan rumah Nuryuono berada dalam posisi sangat rentan. Api saat itu telah membesar dan melumat tiga kios: konter ponsel, warung bakso, dan toko mebel.

    Ratapan Nuryuono saat melihat puing-puing sisa kebakaran kios sebelahnya. KBRT/Nandika

    “Setelah keluar dari ruko, saya sempat pingsan karena takut. Sampai sekarang saya masih gemetaran kalau mengingat kejadian itu,” ungkap Roesmini, mengingat detik-detik mencekam malam itu.

    Dinding rumah mereka kini menghitam, terkena asap tebal dan panas api dari kios-kios yang terbakar. Dari lantai dua rukonya, Nuryuono menunjukkan tumpukan puing dan kerangka kios yang hangus. Tabung gas, serpihan kayu, dan atap seng yang melengkung menjadi saksi bisu.

    “Sekitar satu jam api dipadamkan, istri saya tidak berhenti memohon-mohon supaya rumah kami diselamatkan,” tambahnya, sambil memandang puing-puing dari kejauhan.

    Kini, keluarga besar Nuryuono yang tinggal terpisah kembali berkumpul di rumah itu. Trauma masih tersisa. Bagi mereka, malam itu bukan sekadar kebakaran. Tapi pengingat bahwa nyawa dan tempat tinggal bisa terancam dalam sekejap.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Zamz