KBRT - Di tengah gencarnya kampanye pelestarian budaya, sejumlah sekolah di Kabupaten Trenggalek justru belum memiliki guru bahasa Jawa. Kondisi ini memicu kekhawatiran DPRD setempat bahwa bahasa daerah, yang menjadi identitas kultural masyarakat, bisa tergerus di generasi muda.
Ketua Komisi IV DPRD Trenggalek, Sukarodin, menyampaikan hal tersebut usai memimpin rapat koordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora). Ia menilai, pendidikan bahasa Jawa memiliki peran penting untuk membangun patriotisme sekaligus mempertahankan akar budaya di sekolah.
“Hasil koordinasi kami menunjukkan, masih banyak sekolah negeri maupun swasta belum menempatkan guru bahasa Jawa. Ini cukup memprihatinkan. Kalau tidak segera diatasi, siswa akan semakin menjauh dari bahasa Jawa,” ujarnya.
Sukarodin menegaskan, pelajaran bahasa Jawa tidak boleh hanya menjadi formalitas muatan lokal. Ia meminta pemerintah daerah mengalokasikan anggaran khusus untuk pelatihan guru, agar pembelajaran bahasa Jawa dapat disampaikan dengan cara yang baik dan menarik.
Selain itu, Komisi IV juga mendorong penguatan nasionalisme di sekolah. Usulan yang disampaikan antara lain, pemutaran lagu kebangsaan setiap pagi dan pembentukan grup paduan suara di setiap SMP, baik negeri maupun swasta.
“Lagu kebangsaan membangkitkan rasa cinta tanah air, sedangkan bahasa Jawa menjaga identitas budaya. Keduanya harus berjalan beriringan,” tambahnya.
DPRD meminta Pemkab segera melakukan pendataan kebutuhan guru, menyiapkan anggaran pelatihan, dan memastikan mata pelajaran bahasa Jawa tetap diajarkan secara berkelanjutan di seluruh sekolah.
Jika persoalan ini dibiarkan, DPRD khawatir generasi muda Trenggalek akan kehilangan kemampuan berbahasa Jawa sekaligus keterikatan pada budaya lokalnya.
Kabar Trenggalek - Advertorial
Editor:Lek Zuhri