Masyarakat Trenggalek pada akhir tahun 2023 harus puasa main handphone. Karena, di 14 kecamatan, 156 desa dan kelurahan masih memiliki area yang langka sinyal.
Informasi itu berdasarkan data Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Trenggalek. Data tersebut menunjukkan 17 dusun di Trenggalek langka sinyal. Area susah sinyal itu secara geografis berada di wilayah pegunungan.
Edif Hayunan Siswanto, Kepala Dinas Kominfo Trenggalek, memaparkan jumlah area susah sinyal tahun 2023 dibandingkan 2022 mengalami penurunan. Karena mengalami penurunan, pada tahun 2023 lingkupnya lebih kecil di dusun.
"Pada tahun 2022 survei area susah sinyal masih berbasis desa, acuannya desa berkurang area susah sinyal. Namun, kami melakukan survei dengan basis dusun," terang Edif saat dikonfirmasi sejumlah awak media.
Standar desa yang tidak ada sinyal tersebut mengacu pada telekomunikasi menangkap sinyal 2G. Kemudian yang sudah terlepas dari susah sinyal standar Dinas Kominfo Trenggalek, wilayah yang memiliki sinyal yang sudah 3G.
"Karena sinyal 2G di era sekarang dengan perkembangan telekomunikasi tidak bisa digunakan, maka kami kategorikan area blank spot [susah sinyal]," papar Edif.
Edif menjabarkan, kendala yang dihadapi dalam mengentaskan kawasan blank spot adalah pertimbangan bisnis dari pihak penyedia jaringan seluler.
Pihak operator yang berorientasi pada keuntungan masih enggan membangun Base Transceiver Station (BTS) di daerah dengan masyarakat yang minim dalam mengakses internet.
"Kalau sudah membangun tower tapi jumlah penduduknya sedikit, ditambah mereka jarang mengakses internet, operator ini akan rugi. Sehingga mereka pikir-pikir membangun tower di situ," lanjutnya.
Untuk itu, Dinas Kominfo Trenggalek lebih banyak menggandeng jasa penyedia ISP (Internet Service Provider) lokal ke lokasi-lokasi blank spot tersebut dengan menarik kabel optik ke wilayah tersebut.
Tambahnya, tahun depan Dinas Kominfo Trenggalek bakal melakukan survei lebih pada kawasan. Detail dari kawasan akan dibagi seperti wilayah hutan, dan kawasan datar.
"Ke depan, skema survei pemetaan kita akan berbasis kawasan, karena di Trenggalek ini ada kawasan hutan dan ada kawasan datar, dengan begitu usulan yang kita ajukan ke Kemenkominfo bisa tepat sasaran," tandas Edif.