Kabar Trenggalek - Warga Trenggalek masih terdeteksi harus puasa main handphone. Sebab, di tahun 2022 masih ada desa tidak terjangkau oleh sinyal internet (blank spot), Kamis (24/11/2022).
Kendati demikian, dengan adanya wilayah di Trenggalek terdeteksi minim sinyal itu perlu penanganan lebih serius. Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Trenggalek, mencatat 11 desa minim sinyal.
Sebanyak 11 Desa tersebar di 5 Kecamatan diantaranya Kecamatan Panggul di Desa Depok dan Tangkil, serta Kecamatan Pule di Desa Joho, Sidomulyo, Jombok, dan Kembangan. Lalu, Kecamatan Bendungan, khususnya Botoputih.
Kemudian, Kecamatan Dongko ada di Desa Salamwates, Watuagung, Siki, dan Pringapus. Berikutnya, Kecamatan Watulimo ada di Desa Pakel.
Baca: Sinyal 3G Telkomsel di Trenggalek akan Hilang, Segera Ganti 4G, Ini Caranya
Edif Hayunan, Kepala Diskominfo Trenggalek, mengungkapkan bahwa data tersebut dari penelusuran pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) tentang wilayah yang minim terjangkau sinyal (blank spot).
“Ternyata tinggal belasan yang benar-benar di desa blank spot,” ungkapnya.
Edif mengaku, jaringan blank spot bukan berarti tidak ada akses internet di desa, tetapi blank spot terjadi di titik-titik tertentu.
Pihaknya tak menampik bahwa era kini jaringan telekomunikasi merupakan kebutuhan vital untuk berkomunikasi.
Namun begitu, Pemkab Trenggalek tidak bisa serta-merta mengalokasikan anggaran untuk akses jaringan di desa blank spot karena itu otoritas pemdes.
“Kami cuma bisa memfasilitasi, dan itu sudah kita lakukan,” ucapnya.
Baca: Inilah Spot Wifi Gratis di Trenggalek
Edif mengatakan, Kementerian Kominfo RI pernah mendatangi desa-desa blank spot di Trenggalek. Kala itu, mereka menggandeng ISP lokal, Menak Sopal. Namun begitu, tidak ada progres yang signifikan.
“Itu BUMDes bekerja sama dengan ISP local. Dia yang punya aktivitas untuk penyediaan internet di desa. Tapi, sampai hari ini tidak ada yang menyambut,” ujarnya.
Selain itu, Diskominfo Trenggalek pun pernah memfasilitasi pihak ketiga bertemu dengan BUMDes di desa blank spot. Namun, upaya itu juga belum membuahkan hasil.
“BUMDes memberikan nilai investasi sekitar Rp 50 juta atau berapa, nanti akan dibantu perangkat utama tower, baru nanti BUMDes menyalurkan kepada masyarakat. Tapi, itu juga belum bisa ditangkap oleh masyarakat,” jelasnya.
Tambahnya bahwa Diskominfo Trenggalek pernah menawarkan agar pemdes mengalokasikan APBDesa untuk internet desa.
Namun, dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), jaringan telekomunikasi sering kali tidak diusulkan karena lebih mencolok mengusulkan program-program fisik yang kasat di mata.
“Barang yang tidak kelihatan itu tidak masuk,” tandasnya.