Di zaman modern ini, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, platform media sosial yang sedang populer seperti Twitter (kini namanya X) memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan interaksi sosial dalam penggunaannya.
Menurut beberapa tokoh studi, media sosial seperti ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi remaja dan pelajar dalam hal pengembangan diri dan perluasan jaringan sosial.
Namun, media sosial juga dapat menciptakan jarak dengan orang-orang disekitar mereka dan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mental remaja.
Twitter dengan kemampuannya untuk menghubungkan interaksi orang-orang dari seluruh dunia secara real time, dan menawarkan keuntungan serta tak lupa juga tantangan yang unik.
Kecanduan media sosial, khususnya Twitter, dapat dikenali dari berbagai gejala. Gejala ini timbul karena adanya beberapa hal termasuk keinginan untuk selalu memainkan aplikasi tersebut, pencarian validasi melalui “likes” dan komentar, padahal hal ini juga menjadi ancaman bagi kesehatan mental.
Studi oleh Indriani menunjukkan bahwa remaja yang kecanduan media sosial cenderung menghabiskan lebih banyak waktu online dibandingkan dengan kegiatan interaktif dengan keluarga, teman maupun tetangganya. Hal ini menjadi penyebab lingkungan sosial mereka menyempit dan tingkat stress mereka meningkat.
Miftahurrahmah dan Harahap juga menemukan adanya hubungan antara peningkatan kecanduan media sosial dan meningkatnya rasa kesepian pada remaja.
Penelitian mereka menunjukkan bahwasanya remaja yang lebih sering menggunakan media sosial merasa lebih kesepian dibandingkan dengan yang tidak terlalu sering menggunakan media sosial. Ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas, penggunaan yang berlebihan justru dapat meningkatkan rasa keterasingan dan isolasi.
Dampak kecanduan Twitter sangatlah luas, dari segi akademik bisa diambil contohnya bahwa siswa yang kecanduan ini sering berturut-turut mengalami penurunan prestasi akademis karena waktu belajar mereka berkurang. Hal ini berdampak langsung pada nilai dan pencapaian akademik mereka.
Selain itu, waktu yang dihabiskan di media sosial seringkali mengorbankan waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan yang lebih penting seperti untuk kegiatan belajar, tugas, dan kegiatan ekstrakurikuler yang kegiatan ini dapat mendukung perkembangan akademik serta personal siswa remaja.
Dari segi kesehatan mental, kecanduan media sosial terkait dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk paparan informasi yang berlebihan, perbandingan sosial yang tidak sehat, dan kurangnya interaksi sosial yang nyata.
Twitter, dengan sifatnya yang real-time, sering terjadi memicu terjadinya FOMO (Fear Of Missing Out) dikalangan penggunanya, yang dapat memperburuk kondisi kecemasan dalam diri mereka.
Pengguna seringkali merasa harus terus-menerus memantau timeline mereka agar tidak ketinggalan berita atau tren terbaru yang pada akhirnya mengakibatkan tekanan mental yang berkelanjutan.
Dampak sosial dari kecanduan Twitter juga sangat signifikan bagi para penggunanya. Pengguna yang kecanduan seringkali menarik diri dari interaksi sosial di dunia nyata. Mereka lebih memilih berkomunikasi melalui platform online daripada bertemu langsung dengan teman ataupun keluarganya.
Hal itu menyebabkan keretakan dalam hubungan interpersonal dan dapat meningkatkan perasaan kesepian dan isolasi. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang lebih sering berinteraksi secara online daripada secara langsung cenderung memiliki penurunan kualitas hubungan dan rasa empati terhadap orang lain.
Kecanduan Twitter dapat mempengaruhi pola tidur, pengguna yang kecanduan seringkali menghabiskan waktu berjam-jam di malam hari khususnya untuk berselancar di media sosial, yang hal ini pastinya mengganggu kesehatannya karena kurangnya tidur dan waktu yang diperlukan untuk otak beristirahat.
Pola tidur yang terganggu ini juga dapat berdampak negatif pada produktivitas sehari-hari dan kesehatan secara menyeluruh. Kurang tidur juga bisa mempengaruhi kemampuan kognitif, menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, dan menurunkan kinerja akademis maupun profesional.
Studi oleh Junaedi dan Suryana menyoroti dampak fisik dari penggunaan media sosial yang berlebihan, termasuk kelelahan mata, sakit kepala, gangguan pola tidur atau insomnia. Penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat menyebabkan masalah postur tubuh karena pengguna cenderung menghabiskan banyak waktu dengan posisi duduk yang tidak ergonomis.
Postur tubuh yang buruk juga bisa mengakibatkan sakit punggung, leher, dan masalah musculoskeletal lainnya dalam jangka panjang. Untuk itu cara mengatasi kecanduan media sosial, khususnya Twitter diperlukan pendekatan yang komprehensif.
Salah satunya mengambil langkah penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana dampak negatif mengancam dari kecanduan ini. Pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat dan bijak harus dimulai sejak dini baik di lingkungan keluarga maupun di institusi pendidikan.
Peran orang tua dan guru sangatlah penting dalam mengajarkan remaja tentang pentingnya membatasi waktu layar dan menyeimbangkan aktivitas online dengan kegiatan offline. Selain itu, penting untuk mendorong pengguna menetapkan batas waktu atau menjadwalkan penggunaan media sosial mereka.
Aplikasi yang membantu mengatur waktu penggunaan media sosial dapat sangat berguna dalam membantu mereka mengontrol kebiasaan mereka. Ada berbagai aplikasi yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatur waktu layar dan memberikan peringatan ketika pengguna sudah menghabiskan waktu tertentu di media sosial.
Pengguna dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di Twitter dan meningkatkan kesadaran tentang seberapa banyak waktu yang mereka habiskan di platform tersebut.
Tentunya hal ini juga membutuhkan kedisiplinan yang keras dalam diri remaja. Menciptakan aktivitas alternatif yang bisa menggantikan waktu yang dihabiskan di media sosial juga dapat membantu.
Tanya saja mendorong keterlibatan dalam kegiatan fisik, hobi, dan interaksi sosial yang nyata. Kegiatan seperti olahraga membaca buku berkumpul dengan teman atau keluarga dan mengembangkan hobi baru bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial.
Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya membantu mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial, tapi juga meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Terapi dan konseling juga bisa menjadi solusi bagi mereka yang sudah terlalu kecanduan media sosial.
Profesional kesehatan mental dapat membantu remaja mengidentifikasi penyebab kecanduan mereka dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.
Terapi perilaku kognitif misalnya yang telah terbukti efektif dalam membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang berhubungan dengan kecanduan. Terapi ini fokus pada identifikasi masalah dan mengubah pola pikir negatif yang bisa memicu perilaku kecanduan serta mengembangkan keterampilan untuk menghadapi situasi yang memicu kecanduan tersebut.
Peran keluarga dan teman juga sangatlah penting dalam membantu remja mengatasi rasa kecanduan mereka. Dukungan dari lingkungan sekitar dapat memberikan motivasi serta dorongan yang dibutuhkan untuk mengatasi kecanduan.
Keluarga dapat membantu dengan menciptakan lingkungan yang harmonis dan sehat dalam penggunaan media sosial. Misalnya dengan menetapkan aturan tentang waktu bermain media sosial dan mendorong aktivitas bersama yang tidak melibatkan media sosial.
Begitu pula dengan teman-teman juga bisa berperan dengan mendorong interaksi sosial kepada mereka dengan lebih sehat dan menghindari penggunaan media sosial yang berlebihan saat berkumpul. Peran pemerintah dan lembaga pendidikan juga tidak bisa diabaikan.
Pemerintah dapat menciptakan regulasi dan kebijakan yang mendorong penggunaan media sosial yang sehat. Serta menyediakan akses ke layanan kesehatan mental bagi mereka yang membutuhkan. Misalnya saja dengan mengkampanyekan kepada publik bahwa meningkatkan kesadaran tentang bahaya kecanduan media sosial dan pentingnya penggunaan yang sehat itu sangatlah penting.
Lembaga pendidikan juga dapat mengintegrasikan pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat dalam kurikulum merdeka sehingga siswa dapat belajar mengenai dampak negatif dan positif dari media sosial di sekolah sejak dini.
Program-program edukasi ini bisa mencakup topik-topik seperti literasi digital, kesehatan mental, dan keterampilan sosial. Selain itu perusahaan teknologi juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan platform yang lebih sehat bagi penggunanya.
Mereka bisa mempertimbangkan untuk mengembangkan fitur yang membantu pengguna mengelola waktu mereka secara lebih efektif dan memberikan peringatan ketika penggunaan media sosial sudah berlebihan.
Fitur-fitur seperti pengaturan waktu, metode hemat waktu, atau laporan penggunaan harian bisa membantu pengguna lebih sadar akan kebiasaan mereka dan mengurangi resiko kecanduan.
Fenomena kecanduan media sosial terutama Twitter memerlukan perhatian serius mengingat dampaknya yang sangat luas terhadap perilaku sosial dan kesehatan mental penggunanya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasilnya jelas bahwa kecanduan media sosial dapat mengakibatkan berbagai masalah mulai dari penurunan prestasi akademik hingga gangguan kesehatan mental dan fisik.
Untuk mengatasi masalah ini penting untuk seseorang menerapkan penggunaan media sosial secara lebih sadar dan terkontrol. Pengguna harus didorong untuk menetapkan batas waktu dalam penggunaan media sosial dan mencari aktivitas alternatif yang lebih sehat.
Selain itu, Pendidikan tentang dampak negatif dari kecanduan media sosial harus ditingkatkan baik di lingkungan keluarga maupun di institusi pendidikan. Hubungan dari keluarga teman dan profesional kesehatan mental sangatlah penting dalam membantu individu mengatasi masalah kecanduan ini.
Pemerintah dan lembaga pendidikan juga harus berperan aktif dalam menciptakan regulasi dan kebijakan yang mendukung penggunaan media sosial dengan sehat.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak diharapkan fenomena kecanduan media sosial dapat dikendalikan, sehingga pengguna dapat memanfaatkan media sosial dengan cara yang positif dan sehat tanpa mengorbankan kesehatan mental dan hubungan sosial remaja.
Dengan adanya langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan lingkungan di mana media sosial dapat digunakan secara bijak dan memberikan manfaat secara maksimal untuk penggunanya.
Penggunaan secara sehat dan tepat pastinya juga memberikan manfaat serta juga dapat mempermudah mengakses segala informasi yang dibutuhkan.
Dengan demikian, kita dapat mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan potensi positif dari media sosial khususnya Twitter dalam kehidupan kita sehari-hari. Daftar Pustaka
- Ayub, Muhamad., & Sofia Farzanah Sulaeman. DAMPAK SOSIAL MEDIA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA . Jurnal Penelitian Bimbingan dan Konseling, 7(1), 21- 32.
- Miftahurrahmah, Habibah., & Farida Harahap. (2020). Hubungan Kecanduan Sosial Media dengan Kesepian pada Mahasiswa. Acta Psychologia, 2(1), 153-160.
*Opini ini ditulis oleh Nadia Amelia Mustofa, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Catatan Redaksi:Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com