Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Masalah Belajar pada Generasi Z: Tantangan dan Solusi di Era Digital

Kubah Migunani

Masalah belajar adalah istilah umum yang mengacu pada berbagai gangguan yang memengaruhi pembelajaran dan penerapan kemampuan seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berpikir, berhitung, dan keterampilan sosial.

Beberapa gangguan ini berkembang pada individu sebagai akibat dari variasi fungsional dalam sistem neurologis, meskipun secara bersamaan.

Adanya kesulitan belajar bersamaan dengan gangguan lain, seperti gangguan pendengaran, keterbelakangan mental, gangguan emosi dan perasaan, atau pengaruh sosial-lingkungan, seperti perbedaan budaya, pendidikan yang tidak memadai, dan faktor psikologis, termasuk gangguan perhatian, dan segala sesuatu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pendidikan.

Kaitannya dengan fenomena yang terjadi di zaman sekarang, yaitu masalah belajar pada generasi Z yang mana menjadi suatu tantangan terbesar dalam dunia pendidikan. Generasi Z tumbuh dan berkembang di era digital yang berubah dengan cepat.

Mereka dianggap sebagai generasi yang melek teknologi, dan pendidikan digital sering kali digunakan sebagai bagian dari pengalaman belajar mereka. Generasi Z mengambil metode pembelajaran yang aktif dan langsung. Mereka lebih condong memilih pengalaman belajar yang faktual dan bermakna ketimbang metode pembelajaran konvensional yang diam dan berbasis tulisan.

Selain itu, mereka lebih menyukai pembelajaran kolaboratif dan partisipatif, yang sering kali difasilitasi dengan teknologi dan alat bantu digital. Gen Z juga menggambarkan generasi yang menggali ilmu secara mandiri, yang mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dengan menggunakan sumber daya online.

Menurut Generasi Z, pendidikan digital memberikan keluwesan dan kenyamanan yang tidak mampu diberikan oleh teknik pembelajaran konvensional.

Mereka bisa belajar kapan pun dan di mana pun yang paling nyaman bagi mereka, dan mereka mempunyai akses ke berbagai sumber daya dan teori pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran digital memungkinkan Generasi Z untuk memiliki kendali yang lebih besar atas pendidikan mereka.

Namun, pendidikan digital bukannya tanpa hambatan. anggota Generasi Z lainnya merasakan hilangnya kontak sosial yang biasanya disediakan di ruang kelas konvensional, dan siswa lain mungkin berjuang untuk mempertahankan motivasi dan disiplin dalam lingkungan belajar mandiri. Selain itu, faktor-faktor seperti keterbatasan saluran ke teknologi dan kecakapan digital juga membuat sumber kekhawatiran.

Tantangan Masalah Belajar Generasi Z

Selain hambatan tersebut, masih ada beberapa tantangan bagi Generasi Z dalam menjalani pendidikan, di antaranya:

1. Lingkungan Pembelajaran yang Terpisah

Salah satu masalah utama yang dihadapi Generasi Z dalam pendidikan digital adalah menciptakan lingkungan belajar yang berbeda dari sekolah atau lembaga pendidikan tradisional. Banyak siswa Generasi Z yang kesulitan untuk memisahkan lingkungan belajar mereka dari kamar tidur atau ruang keluarga. Pemisahan ini dapat mengganggu fokus dan konsentrasi mereka, sehingga menurunkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

2. Tekanan Teknologi dan Dampak Digital

Meskipun Generasi Z mahir dalam menggunakan teknologi, kecanduan dan dampak digitalnya merupakan tantangan yang signifikan bagi pendidikan digital. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat mengurangi konsentrasi, meningkatkan tingkat stres, dan bahkan mengganggu waktu istirahat.

3. Kesulitan Beradaptasi dengan Metode Pembelajaran Baru

Pembelajaran digital membutuhkan perubahan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran tradisional. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Educational Researcher, Generasi Z mungkin akan kesulitan menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran yang lebih mandiri dan kurang berinteraksi langsung dengan guru dan teman sebaya.

4. Aksebilitas dan Ketersediaan Teknologi

Meskipun banyak anggota Generasi Z yang mahir dalam menggunakan teknologi, beberapa di antaranya mengalami hambatan dalam mengakses dan mendapatkan gadget serta koneksi internet yang diperlukan untuk pendidikan digital. Akses yang tidak merata terhadap teknologi dapat menghambat kemampuan siswa Generasi Z untuk belajar secara efektif dan menyetarakan kesempatan belajar di seluruh masyarakat.

5. Kesehatan Mental dan Ketenangan Emosional

Mungkin masalah yang paling penting dalam pendidikan digital bagi Generasi Z adalah dampaknya terhadap kesehatan mental dan emosional mereka. Isolasi sosial dan kurangnya interaksi antar manusia dapat membuat Generasi Z berisiko mengalami masalah kesehatan mental, termasuk kesedihan, kecemasan, dan stres. Para pendidik dan guru-guru pasti khawatir dengan masalah yang ada. Karena pola pikir siswa generasi Z sangat berbeda dari mereka. Selain itu, informasi dapat menyebar dengan cepat di era digital saat ini. Memang bermanfaat jika digunakan dengan benar, terutama untuk pembelajaran. Akan tetapi, karena mereka tidak dapat menyaring informasi, hanya hal-hal buruk yang mereka terima.

Solusi Masalah Belajar Generasi Z

Nah, untuk menghadapi tantangan pendidikan di era digital bagi generasi Z, maka bisa menerapkan beberapa solusi, di antaranya:

1. Pengembangan Lingkungan Pembelajaran yang Terintegrasi

Untuk mengatasi pemisahan konteks pembelajaran, para pendidik dapat berusaha menciptakan lingkungan belajar yang terintegrasi di rumah. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan lokasi terpisah untuk belajar dari ruang tidur atau area rekreasi lainnya. Menetapkan jadwal belajar yang konsisten juga dapat membantu menetapkan batasan antara waktu belajar dan istirahat.

2. Mengedukasi Penggunaan Teknologi yang Tepat

Para pendidik dan orang tua harus mengedukasi Generasi Z tentang penggunaan teknologi yang tepat. Hal ini termasuk pemahaman tentang batasan waktu penggunaan layar, strategi manajemen waktu, dan pentingnya beristirahat secara teratur.

3. Pengembangan Metode Pembelajaran yang Interaktif dan Menarik

Untuk mengatasi tantangan dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran baru, para pendidik dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik dalam lingkungan digital. Hal ini termasuk menggunakan berbagai media dan alat bantu internet, seperti film instruksional, simulasi interaktif, dan platform kolaborasi. Dengan cara tersebut, Generasi Z dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan merasa lebih nyaman dengan metode pembelajaran digital.

4. Penguatan Dukungan Kesehatan Mental dan Emosional

Para pendidik dan orang tua harus sangat memberi dukungan pada kesehatan mental dan emosional Generasi Z. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan konseling dan dukungan emosional di sekolah dan komunitas.

Program-program pembinaan kesehatan mental dan kegiatan sosial juga dapat membantu mengurangi risiko gangguan mental dan meningkatkan kesejahteraan emosional Generasi Z dalam pendidikan digital.

Dalam lingkungan pendidikan, Generasi Z menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebagai individu yang diam, tetapi juga pemain aktif yang bisa membangun dan membantu mengartikan metode belajar mereka.

Melalui bantuan teknologi dan metode belajar yang aktif dan mandiri, mereka akan mengembangkan pendidikan menuju era digital dan mengidentifikasi peralihan penting pada teknik kita mengajar dan belajar. Sikap dan metode Generasi Z terhadap pendidikan akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap perkembangan sistem pendidikan kita.

Dengan kemajuan teknologi dan tuntutan tenaga kerja yang terus berubah, pendidikan mesti terus beradaptasi guna mempersiapkan siswa menghadapi masa yang akan datang, yang belum pasti. Satu hal yang menjadi jelas: pendekatan pendidikan konvensional yang bersumber pada guru dan mengarah pada informasi mungkin sudah tidak lagi memuaskan.

Generasi Z memerlukan pendidikan yang menekankan terhadap pemikiran responsif dan imajinatif, problem solving, dan keterampilan digital. Tipe-tipe seperti pembelajaran berbasis program—yang menekankan kerja sama tim, pembaruan, dan penerapan informasi di dunia nyata, mungkin bisa menjadi lebih penting.

Di sisi lain, transisi menuju pendidikan online dan digital memerlukan prasarana dan dukungan yang tepat. Isu-isu seperti akses internet yang tidak menyeluruh, ketidaksesuaian keterampilan digital, dan kesehatan mental siswa harus ditangani supaya keseluruhan siswa dapat memperoleh manfaat dari pendidikan digital secara layak dan aman.

Kesimpulan

Generasi Z merupakan kekuatan pendorong di balik reformasi pendidikan. Mereka memberikan wawasan dan cara-cara baru dalam belajar, dan pendapat mereka tentang pendidikan digital menunjukkan adaptasi dan keluwesan yang luar biasa dalam menghadapi perubahan.

Namun, mereka juga mengekspos masalah dan kekurangan dalam sistem pendidikan yang ada. Guna mempersiapkan Generasi Z dan generasi mendatang dalam menghadapi kehidupan yang terus berubah, para pengajar harus terus berkembang dan menemukan kembali praktik belajar mengajar kita.

Pada akhirnya, pendidikan adalah tentang memberdayakan siswa sebagai pembelajar seumur hidup yang mampu adaptasi, kreatif, dan memimpin pada abad ke dua puluh satu, bukan sekadar mewariskan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

*Opini ini ditulis oleh Bayu Aji Yunanta, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Catatan Redaksi:Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com

Kopi Jimat