KBRT – Belum sempat tumbuh tinggi, harapan petani di Kecamatan Pogalan sudah pupus. Padi yang baru ditanam rusak diterjang banjir yang melanda wilayah tersebut pada 19 Mei 2025. Padahal, tanaman itu baru memasuki usia beberapa hari setelah musim tanam dimulai.
Puryadi (50), petani asal Dusun Wates, Desa Ngulan Kulon, menjadi salah satu korban banjir yang mengalami kerugian besar. Seluruh tanaman padinya yang berada di sekitar pintu masuk Desa Gembleb rusak total akibat terendam air.
“Di sawah ini ketinggian air mencapai 1 meter lebih. Padi saya sudah tidak bisa tumbuh lagi karenanya,” ujar Puryadi saat ditemui sedang memunguti hama keong mas di sawahnya.
Puryadi, yang akrab disapa Pak Pur, menyebutkan seluruh padi di persawahan sekitarnya mengalami kerusakan yang sama. Hanya tanaman padi yang sudah berusia lebih dari dua minggu dan memiliki akar kuat yang masih bisa bertahan dari banjir.
Ia menuturkan, padinya baru berumur tiga hari saat banjir datang. Luas sawahnya mencapai 125 ru dan seluruhnya gagal panen. Tidak hanya itu, jagung yang baru ditanam di petak sawah lain juga rusak akibat terendam banjir.
“Kali ini petani sudah kalah total. Mau ditanami padi kembali saja sudah menambah risiko musim depan tidak bisa tanam palawija karena masuk musim hujan lagi,” jelasnya.
Puryadi mengaku akan berusaha mencari bibit padi yang masih tersisa dari petani lain. Namun, ia pesimistis bisa mendapatkan cukup bibit untuk kembali mengisi seluruh lahan sawahnya. Pasalnya, di waktu-waktu seperti ini, petani yang masih menyimpan bibit sangat jarang ditemui.
Menurutnya, kondisi cuaca belakangan ini membuat situasi petani menjadi serba sulit. Modal yang dihabiskan untuk musim tanam kini lenyap begitu saja, tanpa ada hasil.
“Menurut saya, setidaknya pemerintah mau memberikan bantuan berupa bibit atau pupuk bagi petani yang terdampak bencana. Karena di kondisi seperti ini, petani hanya kehabisan modal, bukan semangatnya,” tandas Puryadi.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz