KBRT — Cuaca panas yang biasanya mendongkrak permintaan minuman segar justru tidak membawa berkah bagi pedagang cincau. Penjualan cincau dilaporkan turun drastis hingga 50% dibandingkan saat bulan puasa, meskipun kala itu cuaca masih sering diguyur hujan.
Sri (52), pedagang cincau dan bahan baku minuman segar di pasar basah, mengaku penurunan ini terasa signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Ia mengeluhkan bahwa pedagang minuman yang biasa menjadi langganannya kini semakin jarang membeli.
"Yang kerap mengambil cincau di sini itu pedagang pasar dan penjual minuman. Kalau saat puasa bisa ambil belasan bungkus, sekarang hanya bawa tak sampai 10 bungkus cincau," ujarnya.
Sebelumnya, Sri berjualan di Pasar Pon sebelum terjadi kebakaran. Meski ia masih memiliki lapak di pasar tersebut, ia memilih pindah karena lokasinya yang jauh dari jalan raya, menyulitkan pengiriman cincau dari produsen di Nganjuk yang menggunakan truk boks.
Sri kemudian membeli lapak baru di ujung timur pasar basah. Sebelum puasa berakhir, ia bisa menjual hingga 60 blek kaleng cincau dalam satu minggu. Namun kini, pemesanan dari produsen hanya separuhnya.
"Sekarang ya kalau pesan dari produsen hanya 30 kaleng, soalnya pedagang di pasar yang biasa ambil dari sini pun juga menurun," tandasnya.
Selain cincau, Sri juga menjual bahan pembuatan minuman segar lain seperti es batu dan dawet. Ia menyediakan cincau dalam kemasan kaleng besar seharga Rp 70.000 per kaleng, serta kemasan eceran yang ia bungkus sendiri seharga Rp 3.000.
"Saya kadang juga memberi potongan harga jika melihat penjualan pedagang lain yang sekarang juga menurun," imbuhnya.
Sri menegaskan, meski harga cincau di pedagang lain naik, ia tetap rela memberi diskon asal tidak merugi.
"Kalau pedagang lain sedang sepi jualannya, saya kasih diskon. Misal saya biasa jual di harga Rp 70.000, saya potong jadi Rp 60.000," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz