Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Pasar Rakyat Kian Sepi: Pedagang Trenggalek Kalah Saing dengan Online Shop

Pedagang Pasar Pon Trenggalek makin terjepit arus pasar digital. Omzet turun drastis, sebagian kios bahkan tak laku seharian.

  • 16 Sep 2025 20:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Pedagang Pasar Pon Trenggalek kesulitan bersaing dengan pasar digital.
    • Omzet anjlok, sebagian kios tak dapat pemasukan dalam sehari.
    • Pemkab dorong pelatihan digitalisasi, tapi SDM pedagang masih jadi kendala.

    KBRT – Perkembangan pasar digital yang kian masif mulai menggerus denyut pasar rakyat di Kabupaten Trenggalek. Pedagang tradisional, yang dulu menggantungkan hidup dari keramaian pasar, kini banyak yang merasakan omzetnya terjun bebas.

    Siti Alimah (52), pedagang perabot di Pasar Pon, mengaku pendapatannya tak lagi sama seperti dulu. Sejak bangunan pasar direvitalisasi dan maraknya jual beli online, kiosnya lebih sering sepi daripada ramai.

    “Dulu dagangan di pasar pernah dijual online sama anak saya. Tapi kalau anak repot, saya juga tidak tahu bagaimana menjalankannya,” ujar Alimah.

    Alimah bercerita, dulu ia masih punya belasan pelanggan grosir. Kini hanya tersisa empat pembeli yang datang pun tak serutin dulu. Omzet yang dulu bisa tembus Rp 300 ribu sehari, kini sering nihil pemasukan.

    “Sekarang kalau belum ada buka dasar (pembeli pertama dalam sehari), dapat Rp 100.000 saja susah,” katanya.

    Pedagang asal Dusun Sidomulyo, Kelurahan Sumbergedong itu mengaku semakin terhimpit. Meski anak lelakinya ikut membantu berjualan, stok wajan dan panci di kiosnya tetap saja berdebu hingga berkesan usang.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskomidag) Trenggalek, Saniran, tak menampik adanya persoalan serius ini. Ia menyebut, ketidakmampuan pedagang mengikuti arus digitalisasi menjadi salah satu penghambat.

    “Contoh kecil ada pedagang kain yang sudah sepuh. Kalau didampingi atau dilatih, mereka tetap kesulitan. Jadi kapasitas sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam kompetisi digital,” jelas Saniran.

    Meski begitu, Pemkab Trenggalek tetap mendorong digitalisasi pasar melalui pelatihan dan pendampingan, baik dengan pemerintah provinsi, pusat, maupun swasta.

    “Digitalisasi pasar itu selain lewat pendampingan formal, juga bisa dilatih secara otodidak melalui media yang ada. Namun tetap saja perbedaan penguasaan manusia pada dunia digital berpengaruh pada kompetisi,” ujarnya.

    Sementara program digitalisasi terus digembar-gemborkan, pedagang kecil seperti Alimah hanya bisa berharap kiosnya kembali ramai. Namun di tengah serbuan pasar digital, mimpi itu makin terasa seperti angan-angan.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    SABGamehouse