Kabupaten Trenggalek terkenal dengan wisata pantai yang banyak dan indah. Sisi selatan Trenggalek berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Termasuk, kawasan pesisir selatan Pulau Jawa. Trenggalek dijuluki sebagai Kota Alen-Alen, Kota Tempe Kripik, dan Kota Gaplek.
Selain itu, Trenggalek juga memiliki berbagai sungai dengan nama, panjang, lebar, dan kedalaman yang berbeda-beda. Jika Kamu penasaran dengan nama-nama sungai di Trenggalek, simak artikel berikut ini.
Perlu diketahui, Kabupaten Trenggalek merupakan daerah yang terletak di bagian selatan dari wilayah Provinsi Jawa Timur, yang terletak pada 111 24’ - 112o 11’ BT dan 7º 53’ - 8o 34’ LS.
Di sebelah utara, Trenggalek berbatasan dengan daerah Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung. Lalu, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Pacitan. Sedangkan di selatan, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Trenggalek memiliki luas 1.261,40 km². Daerah Trenggalek lebih luas daripada Kabupaten Tulungagung (1.055,65 km²), Kabupaten Sidoarjo (714,27 km²), Kabupaten Mojokerto (692,15 km²), Kabupaten Jombang (1.159,50 km²), Kabupaten Madiun (1.010,86 km²), bahkan Kota Surabaya (335,28 km²) dan kabupaten/kota di Jawa Timur lainnya.
Daftar isi:
Ada 15 kecamatan di Trenggalek. Kecamatan terluas di Trenggalek adalah Kecamatan Munjungan, dengan luas 154,80 km² (12,27% luas Kabupaten Trenggalek). Berikutnya, Kecamatan Watulimo menjadi kecamatan terluas kedua di Trenggalek, dengan luas 154,44 km² (12,24% luas Kabupaten Trenggalek).
Lantas apa saja nama-nama sungai di Trenggalek? Berikut daftar nama sungai di Trenggalek dengan panjang, lebar dan kedalamannya. Nama sungai di Trenggalek ini berdasarkan data BPS Trenggalek, dengan ukuran kilometer (km) dan meter (m).
Nama-Nama Sungai di Trenggalek
- Sungai Anjok: panjang 2.00 km, lebar permukaan 17.00 m, lebar dasar 14.05 m, kedalaman 2.05 m.
- Sungai Bagong: panjang 22.50 km, lebar permukaan 42.40 m, lebar dasar 40.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Bubuk: panjang 2.00 km, lebar permukaan 16.00 m, lebar dasar 15.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Bungur: panjang 2.00 km, lebar permukaan 45.00 m, lebar dasar 40.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Craken: panjang 5.00 km, lebar permukaan 15.00 m, lebar dasar 11.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Darungan: panjang 4.50 km, lebar permukaan 08.00 m, lebar dasar 08.00 m, kedalaman 04.00 m.
- Sungai Dongko: panjang 13.50 km, lebar permukaan 17.00 m, lebar dasar 15.00 m, kedalaman 3.60 m.
- Sungai Duren: panjang 7.50 km, lebar permukaan 24.00 m, lebar dasar 22.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Gedangan: panjang 36.50 km, lebar permukaan 27.00 m, lebar dasar 19.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Jati: panjang 15.00 km, lebar permukaan 30.00 m, lebar dasar 24.00 m, kedalaman 3.40 m.
- Sungai Jolok: panjang 2.25 km, lebar permukaan 11.00 m, lebar dasar 9.00 m, kedalaman 3.75 m.
- Sungai Karanggandu: panjang 3.50 km, lebar permukaan - m, lebar dasar - m, kedalaman - m.
- Sungai Kedungmoro: panjang 8.50 km, lebar permukaan 19.00 m, lebar dasar 15.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Klitik: panjang 7.25 km, lebar permukaan 9.50 m, lebar dasar 7.50 m, kedalaman 2.40 m.
- Sungai Klumutan: panjang 4.00 km, lebar permukaan 12.00 m, lebar dasar 7.00 m, kedalaman 4.20 m.
- Sungai Konang: panjang 17.00 km, lebar permukaan 40.00 m, lebar dasar 30.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Mlinjon: panjang 19.00 km, lebar permukaan 34.00 m, lebar dasar 28.00 m, kedalaman 3.00 m.
- Sungai Munjungan: panjang 5.50 km, lebar permukaan 30.00 m, lebar dasar 20.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Ngasinan: panjang 41.50 km, lebar permukaan 32.00 m, lebar dasar 20.00 m, kedalaman 6.80 m.
- Sungai Ngemplak: panjang 10.50 km, lebar permukaan - m, lebar dasar - m, kedalaman - m.
- Sungai Ngepeh: panjang 8.00 km, lebar permukaan 15.00 m, lebar dasar 12.00 m, kedalaman 2.80 m.
- Sungai Ngulung: panjang 6.00 km, lebar permukaan 18.00 m, lebar dasar 16.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Prambon: panjang 13.50 km, lebar permukaan 28.00 m, lebar dasar 21.00 m, kedalaman 3.50 m.
- Sungai Songo: panjang 4.00 km, lebar permukaan - m, lebar dasar - m, kedalaman - m.
- Sungai Sowan: panjang 5.50 km, lebar permukaan - m, lebar dasar - m, kedalaman - m.
- Sungai Sukun: panjang 11.00 km, lebar permukaan 10.00 m, lebar dasar 30.00 m, kedalaman 4.70 m.
- Sungai Tawing: panjang 27.00 km, lebar permukaan 36.50 m, lebar dasar 8.00 m, kedalaman 4.00 m.
- Sungai Tumpaknongko: panjang 14.00 km, lebar permukaan - m, lebar dasar - m, kedalaman - m.
Dari daftar tersebut, bisa diketahui bahwa sungai terpanjang di Trenggalek adalah Sungai Ngasinan (41.50 km). Lalu, sungai dengan permukaan paling lebar adalah Sungai Bungur (45.00 m). Kemudian, sungai dengan dasar paling lebar adalah Sungai Bagong dan Sungai Bungur (40.00 m). Sedangkan sungai paling dalam adalah Sungai Ngasinan (6.80 m).
Sayangnya, data BPS Trenggalek terkait sungai-sungai masih banyak kekurangan. Ada beberapa sungai yang tidak tercatat kelebaran permukaan, kelebaran dasar, dan kedalamannya. Selain itu, BPS Trenggalek juga tidak menyebutkan lokasi desa maupun kecamatan yang menjadi aliran sungai-sungai tersebut.
Ancaman Bencana Alam
Sungai-sungai di Trenggalek memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya untuk pengairan/irigasi lahan pertanian. Pemerintah maupun masyarakat perlu merawat infrastruktur irigasi sungai untuk mencegah dampak bencana seperti banjir.
Dwi Ambarsari dalam "Kajian Risiko Lahan Pertanian Terhadap Banjir Di Sub Das Ngasinan", menyampaikan bahwa lahan pertanian di sekitar Sungai Ngasinan memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda.
Dwi Ambarsari menjelaskan, berdasarkan karakteristik lahan pertanian di sub DAS Ngasinan, ada persentase tingkat risiko rendah, sedang dan tinggi terhadap banjir. Tingkat risiko tinggi sebesar 10% dengan luasan 235,332 Ha, yang sebagian besar berada pada Kelurahan Sumbergedong.
Tingkat risiko sedang sebesar 27% dengan luasan 681,825 Ha, yang sebagian besar berada pada wilayah Kelurahan Tamanan, Kelurahan Kelutan dan Kelurahan Sambirejo. Tingkat risiko rendah sebesar 63% dengan luasan 1.581,843 Ha, sebagian besar berada pada wilayah Desa Ngadirenggo, Desa Bendorejo, dan Desa Kedunglurah.
Dwi Ambarsari menyebutkan, berdasarkan nilai risiko lahan pertanian terhadap banjir di sub DAS Ngasinan, ada nilai risiko lahan pertanian di Sub DAS Ngasinan paling tinggi adalah sawah dengan jumlah Rp223.823.000,00 dengan rata-rata Rp7.994.000,00. Lalu, penggunaan lahan tegalan dengan jumlah Rp 86.740.000,00 dengan rata-rata Rp5.102.000,00.
"Nilai risiko tertinggi terjadi pada penggunaan lahan sawah karena pada variabel kerentanan sistem irigasi menggunakan irigasi teknis, sehingga harga perawatan lebih mahal. Seperti di Kelurahan Sumbergedong dan mayoritas penggunaan lahan sawah yang ditanami komoditas padi sehingga harga jual lebih tinggi dari komoditas lainnya," tulis Dwi Ambarsari.
Selain itu, penggunaan lahan sawah lebih luas dan ketinggian di atas permukaan laut lebih rendah daripada penggunaan lahan tegalan. Nilai risiko pada penggunaan lahan tegalan lebih rendah dari penggunaan lahan sawah dikarenakan sistem irigasi tadah hujan. Sehingga, tidak memerlukan perawatan dan mayoritas ditanami komoditas ubi kayu dan jagung yang harganya lebih rendah daripada padi.
Tidak hanya banjir, sungai-sungai dan lahan pertanian di Trenggalek saat ini berpotensi terancam oleh pertambangan emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN). Konsesi tambang emas PT SMN seluas 12.813,41 ha. Konsesi itu mencaplok 9 dari 14 kecamatan di Trenggalek yaitu Kecamatan Tugu, Karangan, Suruh, Pule, Gandusari, Dongko, Kampak, Munjungan, dan Watulimo.
Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur, ada lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Trenggalek yang akan terdampak oleh tambang emas PT SMN. Kelima DAS itu adalah DAS Brantas, DAS Panggul, DAS Konang DAS Timpak Nongko, dan DAS Ngemplak.
Dari kelima DAS yang akan terdampak pertambangan emas PT SMN itu, ada empat DAS (Panggul, Konang, Tumpak Nongko, Ngemplak) yang bermuara ke laut selatan atau Samudra Hindia. Kemudian, ada satu DAS yang bermuara ke utara, yaitu DAS Brantas.
Apalagi, proses pertambangan emas bakal menggunakan senyawa-senyawa berbahaya dalam pemurniannya materialnya. Senyawa-senyawa berbahaya tersebut bisa berupa merkuri, sianida, dan lain-lain. Senyawa berbahaya maupun limbah tambang berpotensi mencemari dan merusak sungai-sungai di Trenggalek.
Demikian artikel tentang nama-nama sungai di Trenggalek. Dari ulasan yang sudah disampaikan, pemerintah maupun masyarakat Trenggalek perlu menyatukan suara untuk menjaga lingkungan. Sebab, ketika tidak dijaga, maka lingkungan akan rusak akibat bencana alam maupun bencana tambang.