Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Menilik Pameran Seni Rupa Seumur Hidup di Ponorogo

Ada pemandangan yang berbeda di Gang Gayam, Jalan Sekar Gayam, Kelurahan Tonatan, Kabupaten Ponorogo. Tampak jelas hasil coretan dari seniman tiga kota (Ponorogo-Madiun-Yogyakarta) pada setiap tembok dan bangunan di sana. Mulai dari sumur dan kamar mandi, rumah warga hingga tembok masjid yang mulanya kosong berubah menjadi karya seni rupa berkat mural-mural yang dibuat sebagai penanda (tetenger).Tetenger sendiri merupakan salah satu file proyek seni rupa di Setiaris Art Space. Berbagai kolaborator seni rupa seperti mural, tiga dimensi, instalasi dan konstruksi kerap diundang dalam file proyek tersebut. Proyek ini merupakan pameran seni rupa seumur hidup di Ponorogo.Pemilihan nama Tetenger (penanda) diambil sebagai tanda bahwa seni harus cair, adaptif, bisa membumi dan membaur dengan masyarakat. Agra Hadi Abdurrachman, juru bicara Setiaris Art Space menjelaskan bahwa muara dari proyek ini ialah untuk pembangunan masyarakat."Nanti ujungnya project [Tetenger] ini kita buat juga untuk bagaimana masyarakat desa ini merasakan ada step-up lah gitu dari dalam dirinya. Kalau bicara masalah Tetenger, jadi [ini adalah] project seni rupa untuk masyarakat," ujar Agra saat dikonfirmasi, Rabu (08/11/2023).Salah satu hasil dari file proyek seni rupa Tetenger yakni mural-mural yang ada di Gang Gayam. Bertajuk "Seni Rupa dan Masyarakat", mural-mural di Gang Gayam mengangkat narasi lokalitas masyarakat setempat. Agra menjelaskan bahwa latar belakang dari penggarapan mural ini ialah keinginan untuk mengangkat potensi desa."Alasannya sebenarnya ya kita ingin lari ke pembangunan desa, pembangunan wilayah, yang di mana pembangunan wilayah ini nanti juga bisa menjadi salah satu daya tarik wisata atau mungkin daya tarik budaya," jelas Agra.Lokalitas yang terdapat di daerah berusaha diangkat melalui karya seni rupa berwujud mural. Hal ini dimaksudkan sebagai daya tarik wisata. Sehingga melalui karya seni yang mereka buat, Agra dan pihaknya berharap dapat menarik pengunjung atau bahkan wisatawan ke Gang Gayam."Narasinya yang kita angkat adalah lokalitas. Dimana kalau misalkan di Gang Gayam ini ada pabrik emping, terus kita masih punya alam, masih punya sawah gitu kan. Terus di depan itu ada gending Jawa juga yang masih komplik gitu kan. Jadi memang apa-apa yang ada di sekitar dari Gang Gayam ini yang benar-benar diangkat gitu loh," jelas Agra.Khalayak umum yang berkunjung di Gang Gayam dapat melihat dan menikmati berbagai karya. Di antaranya yakni bangunan kamar mandi dan sumur (blandong) warga yang disulap menjadi karya seni rupa berjudul "Tirto Panguripan".Blandong tersebut awalnya merupakan fasilitas pribadi milik warga setempat yang akhirnya dimural sebagai bagian dari proyek Tetenger. Narasi dalam mural "Tirto Panguripan" menggambarkan sumber air sebagai sumber kehidupan dan peradaban.Juga terdapat sebuah bangunan rumah yang dirias tak ubahnya sebuah "Rumah Kertas" oleh seniman. Bangunan rumah tersebut ialah rumah milik warga yang dimural hampir seluruh bagiannya sehingga tampak artistik.Bahkan, tembok masjid juga tak luput dari kreatifitas seniman. Salah satu tembok masjid yang berada di lingkungan masyarakat Gang Gayam berubah menjadi karya seni bertajuk "Lillahi Ta'ala". Tembok salah satu sisi masjid yang mulanya kosong akhirnya dimural dengan narasi spiritualitas yang coba digambarkan.Agra menjelaskan, mural-mural di Gang Gayam dibuat oleh seniman kolaborator yakni Cokro Sketsa (Ponorogo), Kongan (Madiun), dan Gegerboyo (Yogyakarta). Mural di Gang Gayam dibuat sekitar bulan Maret lalu, dan masih dibuka hingga waktu yang tidak ditentukan.Dapat dikatakan, seni itu merupakan pameran seni rupa seumur hidup, sebab mural-mural yang dipamerkan di Gang Gayam akan terus dibuka untuk dikunjungi. Agra mengatakan bahwa hari terakhir dari pembuatan mural Tetenger kres satu ialah pembukaan pameran seni publik yang tak akan ditutup."Kemarin pun kalau misalnya bicara masalah Tetenger, di hari terakhir Tetenger kres satu itu justru adalah sebagai pembukaan, bukan penutupan," ujar Agra.Agra juga menambahkan bahwa pihaknya masih membuka ruang kolaborasi untuk turut serta memperindah Gang Gayam."Project ini belum selesai, jadi kita sebenarnya masih membuka untuk teman-teman yang mau mencoba ikut mural di sini kayak gitu. Tapi memang persyaratannya harus setor sketch-nya kayak apa, lalu nanti kalau misalkan visual di tembok akan jadi seperti apa. Itu nanti akan melalui pertimbangan kurator yaitu Mas Hendra Priyadhani kuratornya. Jadi ada sendiri yang tim panelis yang menilai," tambahnya.Lebih jauh, Agra memberikan informasi bahwa target Tetenger bukan hanya di Gang Gayam. Rencananya di kampung-kampung lain yang bersedia juga akan dibuatkan pameran serupa. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan daya pikat destinasi wisata lewat karya seni."Ketika apa yang kita buat itu nanti akhirnya sesuai dengan tujuan awal, di mana bisa membangkitkan rasa percaya diri masyarakat, juga bisa membangkitkan perekonomian masyarakat ke depannya, dan bisa menjadi salah satu situs untuk masyarakat sebagai daya pikat, daya tarik wisata, budaya, dan lain sebagainya, itu baru kita nyatakan Tetenger berhasil," tandas Agra.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *