Masjid Jami' Tegalsari: Destinasi Wisata Religi di Ponorogo yang Wajib Dikunjungi
Selain "Bumi Reog", kita sering mendengar julukan "Kota Santri" untuk menyebut Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Julukan "Kota Santri" bagi Kabupaten Ponorogo merujuk pada keberadaan banyak pondok pesantren, peran penting pondok pesantren dalam pembangunan daerah, dan tradisi keagamaan yang kental.Berdasarkan julukan itu, seakan telah menjadi keharusan bagi setiap orang yang mengunjungi Ponorogo untuk melawat pada destinasi wisata religi. Tak lain, salah satu destinasi wisata religi yang paling terkenal dan bersejarah ialah masjid Jami' Tegalsari.Sebagai pemuda yang telah lama menetap di Ponorogo, aku sendiri baru sempat melawat ke masjid Tegalsari. Memang lawatanku bisa dibilang terlambat, karena sejak bertahun-tahun lalu aku tiba di Ponorogo, aku baru mengunjungi masjid Tegalsari tahun lalu. Tepatnya pada pertengahan Ramadhan bulan September tahun 2022 lalu.Saat itu, aku memulai perjalanan dari pusat kota. Masjid Tegalsari terletak di Dukuh Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo. Jarak perjalanan yang kutempuh dari pusat kota hingga masjid Tegalsari sekitar 9.6 km dengan waktu tempuh 21 menit.Setibanya di masjid Tegalsari pukul 05.45 WIB, aku melihat para jama'ah yang sedang berangsur-angsur pulang ke kediaman masing-masing. Suasana pagi itu menenangkan, khas bulan Ramadhan.Tempat parkir kendaraan di kompleks masjid pun pagi itu begitu longgar. Hanya kutemui beberapa kendaraan yang terparkir di sana. Tidak ada biaya masuk maupun parkir yang dikenakan padaku pagi itu.Aku dengar dari penuturan lokal bahwa biaya parkir hanya dikenakan di saat tertentu ketika ramai pengunjung, seperti pada malam Jum'at ketika banyak peziarah datang.Ketika aku berjalan menapaki kompleks masjid, aku merasa telah menemukan tempat yang begitu istimewa dan menenangkan di tengah hiruk pikuk keseharian. Masjid bersejarah ini seakan memiliki atmosfir suasana yang berbeda.Saat pertama kali melangkahkan kaki masuk ke halaman masjid, aku disambut oleh keindahan arsitektur yang begitu memukau. Bangunan masjid yang megah dengan sentuhan seni arsitektur Jawa klasik, memberikan kesan yang begitu kuat.Dinding-dinding yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah, dan ornamen-ornamen khas Jawa, memberikan nuansa yang begitu kental akan keagungan dan keelokan. Saat aku masuk ke dalam masjid, suara gemerincing air dan aroma harum dari wewangian khas masjid, langsung menyambutku. Aku merasa seolah-olah semua kegelisahan dan kekhawatiran seketika menghilang.Fasilitas yang ada di masjid Tegalsari bisa dibilang bersih dan terjaga. Walaupun masjid ini telah dipugar beberapa kali, keaslian beberapa material bangunan masih tetap terjaga. Di bagian tempat wudhu yang terletak persis di sisi selatan masjid, kita dapat melihat kekhasan tersendiri.Terdapat bak air besar berbentuk persegi beserta gayung-gayung yang disediakan untuk mengambil air wudhu. Terdapat pula ukiran bermotif batik pada dinding tempat wudhu sebagai ventilasi udara.Pagi itu, aku juga melihat pengurus masjid yang sedang membersihkan kamar mandi dan menyiram tanaman. Tak heran, fasilitas di masjid Tegalsari bisa begitu bersih dan terawat.Masjid Tegalsari juga memiliki sejarah yang begitu memikat. Masjid Tegalsari merupakan bangunan cagar budaya sesuai Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.Melansir dari berbagai sumber, salah satunya situs kemdikbud.go.id, masjid Tegalsari diperkirakan dibangun sekitar pertengahan abad ke-18 oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Hal ini menjadikan masjid Tegalsari sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia.Sejarahnya bermula pada tahun 1746, ketika Kyai Ageng Hasan Besari membangun sebuah pondok pesantren di daerah tersebut. Pondok pesantren ini kemudian berkembang menjadi sebuah masjid yang diberi nama Masjid Tegalsari. Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan, namun tetap mempertahankan arsitektur aslinya.Pengunjung juga dapat menemui benda peninggalan berupa sebongkah batu besar di halaman masjid. Menurut penuturan lokal yang juga tertulis di infografis masjid, batu itu disebut dengan batu bancik.Konon, batu bancik berasal dari kerajaan Hindu Majapahit setelah keruntuhannya. Secara filosofis, adanya batu ini seiring berdirinya masjid Tegalsari menyiratkan makna beralihnya masyarakat Hindu Majapahit kepada ajaran Islam.Sejarah panjang masjid ini memberikan nuansa yang begitu kaya akan nilai-nilai sejarah dan keagungan masa lalu. Setelah mengamati arsitektur masjid dan berdiam sejenak, aku merasa seakan-akan begitu terhubung dengan masa lalu. Tentu, masjid Tegalsari merupakan destinasi wisata religi yang memiliki berbagai kekayaan untuk dikunjungi maupun dipelajari.Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke masjid Tegalsari, terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan. Wisatawan dapat mengikuti acara pengajian yang diadakan di masjid setiap hari Jumat dan Minggu. Selain itu, wisatawan juga dapat mengunjungi pondok pesantren atau pun menziarahi makam yang terletak di sekitar masjid Tegalsari.Secara keseluruhan, Masjid Jami' Tegalsari adalah destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi di Ponorogo. Masjid ini merupakan warisan yang bernilai sejarah dan budaya yang tinggi. Wisatawan dapat mengikuti kegiatan keagamaan, mempelajari sejarah, atau sekedar merasakan atmosfir suasana positif yang kental akan spiritualitas dan religiusitas.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *