Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Kembang Kempis Pelaku Seni Wayang Trenggalek Dihantam Pandemi Covid-19

Kabar Trenggalek - Pelaku seni Wayang Kulit di Trenggalek harus menggigit jari karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih belum melonggarkan pagelaran wayang, Minggu (28/11/2021).Berkaitan dengan hal ini, Basuki Widodo, Kepala Desa Duren, Kecamatan Tugu, memberi penjelasan. Basuki merupakan Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Trenggalek. Ia mengeluhkan kebijakan pemerintah yang belum memihak kepada pelaku seni wayang kulit.Basuki mengatakan, hanya pentas virtual saja, ia harus merogoh kocek sendiri untuk menghidupi pelaku seni wayang kulit."Masih terlalu berat bagi pelaku seni wayang kulit untuk pentas. Hanya pagelaran virtual di hari besar nasional dan pas punya dana saja," terang Basuki saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.Baca juga: Menjelang Natal dan Tahun Baru, Pemerintah Kembali Terapkan PPKM Level 3Keadaan yang sulit ini mengharuskan pelaku seni mencari nafkah dari pekerjaan lain."Karena rata-rata pelaku seni wayang kulit sudah berkeluarga. Kalau tidak diperkenankan melakukan pagelaran, ya harus mencari pekerjaan yang lain," tegas Basuki.Basuki mengatakan, dengan capaian vaksiansi di Kabupaten Trenggalek saat ini, seharusnya sudah masuk PPKM Level 2."Berat rasanya, hampir dua tahun ini mata pencaharian di pagelaran wayang kulit harus dibatasi karena pandemi," keluhnya.Baca juga: Pemerintah Siapkan Strategi Supaya Masyarakat Bisa Hidup Bersama Covid-19 Tahun 2022Menurut Basuki, jika pagelaran wayang kulit diberikan izin, maka perekonomian di Trenggalek akan bangkit. Tidak hanya dalang spereti Basuki saja yang bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah."Secara kasat mata saja, banyak yang terlibat dalam pagelaran wayang kulit, seperti kru wayang, sound system, event organizer dan UMKM sekitar. Pasti itu akan memberikan dampak perputaran ekonomi dalam pagelaran wayang kulit," ujar dalang yang punya julukan Basuki Singo Wijoyo.Ditanya soal harga sekali pagelaran, Basuki tidak mematok harga paten. Harga pagelaran sesuai dengan permintaan dari pihak yang menginginkan pagelaran wayang kulit."Tidak ada patokan, tergantung bagaimana pihak yang menginginkan pentas. Kadang meminta pagelaran yang besar, dan kadang juga ada yang meminta hanya ruwatan saja," tandasnya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *