Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Kabupaten Trenggalek Miliki Banyak Cagar Budaya, Tapi Tidak Punya Museum

Kabar Trenggalek - Bumi Menak Sopal Trenggalek yang memiliki berbagai cagar budaya sebagai benda sejarah di pelosok kecamatan, hingga kini belum bisa diakomodir di dalam satu ruangan alias museum, Rabu (18/05/2022).Harmaji, salah satu Ketua Pecinta Sejarah Trenggalek (Pesat), mengungkapkan kegelisahannya karena sampai saat ini belum ada tempat untuk cagar budaya yang memang menjadi kunci kesaksian sejarah."Kalau dinilai penting, ya penting. Karena museum adalah tempat tata kelola yang mungkin saya bilang rumit, tapi misinya menyelamatkan budaya saya rasa harus ada di Trenggalek," ungkap Harmaji.Menurut Harmaji, dari kaca pemerintah untuk museum sendiri masih minim untuk arah mewujudkannya. Paling tidak, perlu ada pusat informasi cagar budaya yang dibentuk di Bumi Menak Sopal Trenggalek."Karena sangat rentan hilang untuk cagar budaya, di Trenggalek banyak sekali cagar budaya yang rentan hilang dan sangat disayangkan itu tidak bisa dimobilisasi di museum," kata Harmaji.Saat ini, Harmaji hanya bisa memantik dengan mendirikan pojok literasi arkeolog di salah satu sekolah. Menurutnya pendirian pojok literasi adalah sebuah pancingan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek."Untuk memantik [Pemkab Trenggalek], hanya saja kami bisa mendirikan pojok literasi arkeolog di SMAN 2 Trenggalek. Karena untuk mengumpulkan bendanya itu tidak mungkin jadi, hanya sebatas gambar literatur saja," ungkap Harmaji yang juga berprofesi sebagai pengajar sejarah itu.[caption id="attachment_13572" align=aligncenter width=1013]Prasasti Jombok, Inskripsi Jombok atau Prasasti Watugurit di Kecamatan Pule. Diberi atap sementara untuk mencegah kerusakan pada tulisannya Prasasti Jombok, Inskripsi Jombok atau Prasasti Watugurit di Kecamatan Pule. Diberi atap sementara untuk mencegah kerusakan pada tulisannya/Foto: Dokumen Mpu Sindok[/caption]Sementara itu, uluran tangan Pesat untuk cagar budaya di Trenggalek, hanya mengidentifikasi benda cagar budaya yang dulunya tersimpan di Dinas Perpustakaan Daerah (Perpusda) Trenggalek. Kemudian, hasil identifikasi itu dipindahkan ke ruangan khusus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)."Itu upaya kami untuk menata cagar budaya. Namun kalau cagar budaya semua dikumpulkan saja, itu tidak ada gunanya. Harus ada regulasi-regulasi penataan," katanya melalui sambungan telepon.Ada tiga unsur yang harus dijaga dalam cagar budaya, yaitu penyelamatan, pengamanan dan pelestarian itu adalah bagian penting dari menyelamatkan cagar budaya."Kami juga mengimbau kepada kepala desa yang di situ [desanya] ada peninggalan cagar budaya untuk penyelamatan dan pengamanan. Seperti nantinya juga bisa dikasih display [tampilan] di balai desa sehingga ada ketertarikan untuk wisata desa," tegasnya.Harmaji memandang, untuk saat ini dinas terkait masih belum bisa masif dalam mengumpulkan benda cagar budaya."Masih belum masih, dan kemungkinan akan diupayakan untuk pengumpulan benda cagar budaya," ujarnya.Sedangkan Baharuddin Zein, Ketua Lingkar Studi Sejarah dan Kebudayaan Trenggalek (Laskar) Mpu Sindok, mengatakan bahwa kehadiran museum di Trenggalek sangat dibutuhkan."Karena dengan adanya museum dapat dijadikan tempat untuk mengamankan benda cagar budaya dari kerusakan, tempat pelestarian, tempat pengkajian dan yang paling penting adalah bisa dijadikan wahana edukasi bagi masyarakat khususnya warga trenggalek," jelas Zein saat dihubungi melalui telepon.[caption id="attachment_13573" align=aligncenter width=1006]Watu Lumpang Pesu yang berada di dekat kandang ayam di Kecamatan Kampak Watu Lumpang Pesu yang berada di dekat kandang ayam di Kecamatan Kampak/Foto: Dokumen Mpu Sindok[/caption]Lelaki yang akrab disapa Gojek ini menambahkan, membangun sebuah museum itu perlu dipikirkan dengan realistis. Sebab, membangun sebuah museum tidak semudah membalikkan telapak tangan."Maka harapan terbesar kami adalah adanya balai penyelamatan cagar budaya terlebih dahulu yang berfungsi sebagai tempat mengamankan benda-benda cagar budaya yang masih tersebar di berbagai tempat di Trenggalek," jelasnya.Harapan tersebut berdasarkan dari pengalaman Gojek saat blusukan dengan teman-temannya di Laskar Mpu Sindok. Seringkali, Gojek menemukan benda cagar budaya yang keberadaannya terancam, misal dari pencurian dan pengrusakan."Bahkan yang paling disesalkan adalah saat melakukan pelaporan kepada dinas yang bersangkutan, tidak ada tindak lanjut sama sekali. Nah dengan adanya balai penyelamatan benda cagar budaya, nantinya secara bertahap bisa dikembangkan menjadi museum, rumah budaya ataupun sejenisnya," ucap Gojek.Hingga berita ini diterbitkan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek belum bisa dihubungi.