Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Jajanan Tradisional Polo Pendem Trenggalek, Mencoba Bersaing dengan Jajanan Instan

  • 12 Feb 2025 20:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Maraknya makanan cepat saji dan tren kuliner modern, jajanan tradisional berbahan umbi-umbian tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Di Gandusari, seorang pedagang bernama Nikmatul Wafi menghidupkan kembali Polo pendem sebagai jajanan sehat masyarakat.

    "Saya mulai berjualan Polopendem karena terinspirasi dari tren Real Food yang ramai di media sosial. Selain itu, di Trenggalek belum banyak yang menjual jajanan seperti ini," ujar Nikmatul Wafi saat ditemui di kiosnya yang berlokasi di Jalan Raya Gandusari-Kampak, depan Puskesmas.

    Wafi baru memulai usahanya dua minggu lalu. Di kiosnya, ia menjual berbagai macam umbi-umbian seperti enthik, singkong, ubi ungu, ubi madu, hingga sukun dan pisang kepok. Semua jajanan ini diolah dengan cara dikukus tanpa bahan tambahan kimia. 

    IMG-20250210-WA0023.jpg
    Jajanan polo pendem wafi yang mencoba bangkit. KBRT/Nandika

    "Soal harga, saya tidak mematok harga pasti. Biasanya mulai dari Rp5.000, pembeli bisa mendapat tiga hingga empat potong ubi campur atau sesuai permintaan," tambahnya. 

    Sebagian besar pembeli Polo pendem adalah orang tua yang rindu dengan makanan tradisional, meskipun ada juga anak muda yang mulai tertarik dengan konsep makanan sehat ini. Wafi mendapatkan bahan dagangan dari Pasar Gandusari yang terletak tidak jauh dari kiosnya. 

    "Setiap hari saya membeli bahan jualan di Pasar Gandusari. Walaupun tidak selalu lengkap, umbi-umbian pasti ada di sana," jelasnya. 

    Dalam sehari, Wafi mampu menjual 2 hingga 3 kilogram umbi-umbian. Ia membuka kiosnya mulai pukul 15.00 WIB. Sebenarnya, ia ingin membuka lebih pagi karena Polo pendem cocok untuk sarapan, tetapi kesibukan rumah tangga membuatnya belum bisa melaksanakan rencana tersebut. 

    Wafi berharap usahanya bisa bertahan lama di tengah tren kuliner yang cepat berubah. "Banyak usaha yang sempat laris sesaat lalu tiba-tiba hilang, seperti minuman boba dan seblak. Walaupun usaha Polopendem ini masih baru, saya bersyukur karena setiap hari dagangan saya hampir selalu habis," pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    journey scarpes