Kabar Trenggalek - Cuaca mendung dan hujan rintik-rintik menyelimuti wilayah Trenggalek dan sekitarnya pada hari Minggu (12/09/2022). Nampak di sudut Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, yang berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung, masyarakat berkumpul ria untuk bermain adu gangsing.Lapangan yang lebar di belakang sekolahan itu menjadi saksi bangkitnya permainan tradisional adu gangsing, khas nusantara itu. Nampak kawula tua hingga muda memegang gangsing atau biasa disebut 'banggalan'.Uniknya, gangsing itu terbuat dari serat kayu. Tarikan gangsingnya terbuat dari daun nanas yang dikeringkan. Tak ayal, masyarakat menghayati nostalgia dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-77.Totok Rianto, salah satu panitia adu gangsing 'Banggalan', menceritakan bahwa permainan itu sudah sejak zaman dahulu. Dirinya ingat bahwa sejarah permainan adu gangsing tercatat dengan jelas pada tinta ingatan Totok."Dahulu tidak ada mesin bubut, dan nyari tali dari daun nanas harus di gunung. Apalagi dahulu ketika adu gangsing, gangsing saya pecah. Itu yang memupuk kesabaran saya dalam adu gangsing," terangnya.
Adu Gangsing Mencoba Bangkit Lagi Karena Keprihatinan
[caption id="attachment_20109" align=aligncenter width=1599]
Anak-anak peserta lomba sedang menyaksikan putaran gangsing/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Generasi milenial saat ini menjadi sudut pandang keprihatinan Totok. Sebab, pada zaman dahulu, anak-anak bermain di luar rumah, sedangkan zaman sekarang mainnya di kamar dengan memegang handphone.Hal demikianlah yang melatarbelakangi panitia untuk membangkitkan permainan tradisional adu gangsing 'banggalan' itu."Kami mencoba membangkitkan dan mengenal kepada anak sekarang, supaya mengurangi bermain Hp dan kami ganti dengan permainan gangsing 'banggalan'," terang Totok saat menjadi juri lomba itu.
Baca: Warga Durenan Trenggalek Lestarikan Permainan Tradisional Gangsing kepada Generasi MudaNampaknya, usaha Totok dan kawan-kawannya berbuah manis. Lantaran, sekitar 30 anak berpartisipasi ikut adu gangsing 'banggalan', walaupun sesekali panitia harus memandu cara bermainnya.
Cara Bermain Mirip Kerajaan Monarki Absolut
[caption id="attachment_20110" align=aligncenter width=1599]
Peserta lomba memutar gangsing dengan fokus dan semangat/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Cara bermain adu gangsing tradisional itu mirip dengan monarki absolut. Artinya ada 5 orang yang bermain adu gangsing itu dan diberi nama raja. Awalnya 5 pemain harus adu lama untuk memutar gangsing. Nah, pemilik gangsing yang paling lama akan berperan menjadi Raja."Ada 5 peran setelah adu kecepatan. Pertama ada Raja, Patih, Prajurit, Cikrak dan Telek. Nah yang berperan Telek ini akan menyuguhkan putaran untuk di adu dengan gangsing 4 orang lainnya," jelas Totok.Totok menyampaikan, Telek akan memutar kemudian dihantam cikrak, kemudian dihantam prajurit, patih lalu raja. Nah, ketika raja menghantam gangsing yang berputar kemudian tidak kena akan langsung turun tahta menjadi Telek."Jadi poin pentingnya, setiap hantaman harus kena gangsing bahkan akan mendapatkan nilai plus yang mencederai gangsing lawan," tegas Totok.Putaran permainan tahta kerajaan mirip monarki absolut itu berlangsung 5 kali. Jika sudah selesai, maka akan ketemu siapa raja terakhir yang bertahan dan mendapatkan hadiah.
Muncul Ide Membangkitkan Permainan Tradisional Lewat Warung Kopi
[caption id="attachment_20112" align=aligncenter width=1599]
Serunya lomba permainan tradisional adu gangsing/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Ketika ditanya kapan munculnya ide lomba permainan tradisional gangsing tersebut, Totok mengaku dari warung kopi. Waktu itu, ia berkumpul dengan teman masa kecil yang membersamainya bermain adu gangsing 'banggalan'."Ya pas waktu ngopi muncul ide, bagaimana kalau permainan ini kita adakan lagi?, dan dijawab setuju. Akhirnya bisa kami wujudkan bersama," ungkapnya.Totok tak mengelak ketika ditanya arah permainan tradisional adu gangsing itu selanjutnya. Bahkan dirinya optimistis untuk bisa masuk dalam destinasi wisata di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan."Ke depannya, kalau dimasukkan destinasi wisata desa tentang permainan tradisional lebih bagus, dan mendukung Pak Kades, Pak Bupati, dan kementerian tentang program desa wisata itu," tandas Totok.