KBRT - Kuota transmigrasi untuk Jawa Timur pada 2025 kembali terbatas. Dari total 16 kepala keluarga yang diterima pemerintah pusat, satu di antaranya berasal dari Kabupaten Trenggalek.
Keluarga tersebut adalah Ali Mutradlo dan Nurul Hidayah, warga Desa Kendalrejo, Kecamatan Durenan. Mereka diberangkatkan menuju Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, sebagai bagian dari program Transmigran Daerah Asal (TDA).
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menekankan bahwa pengiriman transmigran bukan semata pemindahan penduduk, tetapi bentuk upaya pemerataan ekonomi ke wilayah lain.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Program ini merupakan bagian dari distribution of wealth, transfer kesejahteraan. Warga kita sudah sangat expert di bidang pertanian, dan mereka akan membawa kemampuan itu ke Sidenreng Rappang,” ujar Mas Ipin.
Ia menambahkan, pengalaman transmigran asal Jawa kerap menjadi modal besar bagi daerah tujuan. Banyak dari mereka berhasil berkembang dan mengangkat ekonomi keluarga.
“Kami berharap mereka bersama keluarga Jawa Timur lainnya bisa ikut menumbuhkan ekonomi di Sidrap. Banyak contoh transmigran asal Trenggalek yang kini sukses. Bahkan saat saya berkunjung ke Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi, yang menjemput saya sudah naik Rubicon,” ungkapnya.
Tahun ini, delapan keluarga ditempatkan di Sidrap, sementara delapan lainnya dikirim ke Morowali. Di banyak lokasi tersebut, komunitas warga Trenggalek yang sudah lebih dulu menetap menjadi salah satu kekuatan sosial bagi pendatang baru.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Trenggalek, Cristina Ambarwati, menjelaskan bahwa jumlah pendaftar selalu tinggi, tetapi kuota nasional sangat terbatas. Seleksi pun harus dilakukan ketat untuk menentukan peserta yang benar-benar siap.
“Peminatnya banyak, namun Jatim hanya mendapat 16 KK. Trenggalek memperoleh satu jatah. Kami menyeleksi peserta secara ketat, mulai dari syarat umur, kondisi keluarga, hingga kesiapan mental,” jelas Cristina.
Calon peserta juga wajib mengikuti pembekalan beberapa tahap sebelum diberangkatkan.
“Bekal mental dan niat sangat penting. Mereka sudah menandatangani perjanjian yang sifatnya mengikat. Kami juga menyelenggarakan tiga kali pelatihan di Surabaya,” tambahnya.
Setibanya di lokasi, peserta transmigrasi langsung menerima fasilitas dasar. Paket yang diberikan pemerintah mencakup rumah tipe 36 dengan fasilitas MCK, lahan garapan satu hektare, serta jaminan kebutuhan hidup selama satu tahun—mulai dari beras hingga lauk pauk.
“Pemerintah menanggung seluruh kebutuhan hidup mereka selama tahun pertama. Tugas mereka hanya beradaptasi dan mengolah lahan,” terang Cristina.
Cristina menyebut, banyak transmigran akan kembali ke kampung halaman setelah kondisi ekonomi mereka stabil. Keberangkatan satu keluarga asal Trenggalek tahun ini diharapkan menjadi langkah awal tumbuhnya sentra pertanian baru bagi warga Jawa Timur di Sidrap.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor: Zamz















