Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Harga Cabai Tinggi, Petani Trenggalek Gigit Jari

Kabar Trenggalek -Petani Trenggalek tidak tersenyum seutuhnya ketika harga cabai melambung mencapai Rp 60 ribu per kilogram (kg) di pasar. Tingginya harga cabai itu dikarenakan kuantitas panen cabai yang tidak maksimal, Rabu (01/06/2022).Salah satu petani cabai di Trenggalek, Sukono, mengatakan cabai adalah salah satu komoditas pertanian yang rentan rusak akibat penyakit maupun hama. Hal ini membuatnya gigit jari.Sukono mengabarkan, beberapa jenis penyakit cabai meliputi layu bakteri, layu fusarium, antraknosa, hawar phytophthora, bercak daun cercospora, busuk lunak bakteri, keriting kuning, mozaik virus dan kerupuk.Sukono mengatakan, kerusakan cabai akibat serangan hama, misalnya thrips, kutu daun aphid, kutu daun persik, tungau, kutu kebul, lalat buah dan ulat grayak."Sedangkan penyebab penyakit atau hama, itu karena cuaca. Kalau panas terlalu panas, kalau hujan begitu deras," ungkap warga Desa Dawuhan, Kecamatan Trenggalek itu, Rabu (01/06/2022).Sukono mengaku, baik serangan virus, jamur, atau hama pasti membuat petani ketar-ketir. Dari lahan cabai seluas seperempat hektar, hanya menyisakan 25 persen lahan yang masih bisa dipanen dan sisanya tidak layak jual.Dalam kondisi itu, pihaknya masih mendapat keuntungan karena harga cabai melambung Rp 58 - 60 ribu per kilogram dari petani.Sukono menyampaikan, bagi petani cabai, kenaikan harga itu tidak terlalu berpengaruh terhadap berkurangnya intensitas panen."Tenaga tidak saya hitung, pakai tenaga sendiri. Jadi, masih ada selisih untung meskipun tipis," ucapnya.Sukono menambahkan, keuntungan bertani cabai saat harga tinggi itu sebanding dengan perawatannya, karena membutuhkan beberapa asupan nutrisi insektisida dan lain sebagainya."Harga naik itu bagi kami ya sebanding dengan perawatan saat ini," ujarnya.