Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

ForMujeres: Ustad yang Memaksa Hubungan Seksual Harus Dilawan, Tidak Boleh Patuh

Kubah Migunani
Kabar Trenggalek - Kekerasan seksual yang dilakukan SMT, ustad di Trenggalek, kepada 34 santriwati menuai cibiran dan kecaman dari masyarakat. SMT memanfaatkan rasa takut, hormat, dan segan para santriwati yang menjadi korbannya. Tsamrotul Ayu Masruroh, aktivis Front Santri Melawan Kekerasan Seksual (ForMujeres), mengatakan santri harus melawan ustad yang menyuruh patuh ke arah keburukan, Sabtu, (2/10/2021).“Menyoal patuh kepada ustad itu perlu dilihat dulu, patuh terhadap apa? Kalau patuhnya ke arah kebaikan, kemaslahatan, tentu hal tersebut tidak menjadi soal, bukan masalah. Tapi kalau patuhnya ke arah keburukan, ke arah pemaksaan untuk berhubungan seksual, itu harus dilawan, tidak boleh patuh,” tegas Ayu.Baca juga: Tiga Tahun Cabuli 34 Santriwati, Ustadz di Trenggalek Ditangkap PolisiMenurut Ayu, kepatuhan harus dilihat dari nilai apa yang dibawa oleh seseorang, bukan patuh karena siapa sosok orang itu.“Entah ustad atau siapa, kalau hal itu gak bener, ya kita gak boleh patuh. Untuk itu penting bagi santri, khususnya yang berada di pesantren, untuk selalu berpikir dengan akal pikir yang sudah diberikan Allah ta’ala kepada kita. Tidak boleh taklid buta dan menerima tanpa berpikir. Terlebih apa yang disampaikan ustad atau kiai yang ada di pesantren tersebut,” ujar Ayu.Ayu menjelaskan, para santri perlu menyadari bahwa setiap manusia itu sama. Setiap manusia diciptakan setara oleh Allah. Di atas manusia hanya Allah, tidak ada hirarki di antara manusia. Sehingga, santri seharusnya tidak asal menurut dan taklid buta.“Jadi, terhadap siapa saja ya, kita tentu gak boleh asal-asal manutan [gampang menurut]. Tidak boleh taklid buta. Dan ketika budaya taklid buta itu ada di sebuah lembaga, pesantren atau apapun, itu menjadi sesuatu yang berbahaya karena hal tersebut bisa menjadi penyebab adanya kemunduran umat manusia,” ujarnya.

Baca juga:Aktivis Perempuan Sebut Kasus Kekerasan Seksual di Pesantren seperti Fenomena Gunung Es

“Ustad yang mengatakan kepada santri bahwa santri harus manut kepada ustad, harus manut kepada kiai, tanpa harus berpikir apapun, itu udah ustad atau kiai yang memang gak bener gitu,” kata Ayu.Budaya kepatuhan yang berlebihan atau taklid buta di pesantren memang sulit untuk diubah. Menurut Ayu, budaya kepatuhan ini harus diubah dengan cara menumbuhkan budaya kritis dan egaliter di kalangan pesantren.“Sulit untuk keluar dari hal tersebut, kultur pesantren ada budaya kepatuhan dan kita harus Sami'na Wa Atho'na [kami mendengar dan kami taat]. Hal itu diproduksi terus-menerus. Jadi, santri harus kritis. Perlu ada kesadaran bersama, membangun budaya supaya pesantren lebih egaliter dan itu memang sebuah keharusan bagi pesantren,” terang Ayu.Baca juga: Empat Korban Ustad Cabul di Trenggalek Melapor ke PolisiAyu menyebutkan, ada beberapa hadist dan ayat Al-Qur'an yang bisa digunakan untuk mengingatkan ustad yang menyuruh patuh ke arah keburukan, termasuk kekerasan seksual. Di antaranya adalah:“Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar pada pemimpin yang zhalim.” (HR. Al-Hakim, al-Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, al-Thabrani, al-Baihaqi)."Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.' (QS. Annisa ayat 75)."Kalau ada ustad yang sewenang-wenang, harus diingatkan" ucap Ayu dengan tegas.
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *