KBRT - Lomba memasak nasi goreng yang akan digelar di Alun-Alun Trenggalek pada Minggu (25/5/2025) diperkirakan akan menarik perhatian publik. Namun, kegiatan tersebut rupanya belum sepenuhnya diketahui oleh pelaku kuliner lokal di Trenggalek.
Suyatmi (58), seorang pedagang ayam lodho khas Trenggalek, mengaku baru mengetahui informasi lomba itu setelah ditunjukkan selebarannya lewat ponsel.
Ia menyayangkan lomba yang digelar hanya mengangkat makanan umum seperti nasi goreng, bukan justru mempromosikan kuliner khas Trenggalek, seperti ayam lodho atau nasi gegok.
“Walaupun hanya nasi goreng, pedagang makanan khas seperti saya belum tentu bisa ikut. Memang semua orang bisa buat nasi goreng, tapi di mana istimewanya?” ujar Suyatmi dengan dahi berkerut.
Suyatmi adalah pengusaha kuliner yang memiliki warung sederhana di barat Jembatan Dawung, sekitar 50 meter dari jalan raya. Warungnya menyediakan masakan khas Trenggalek, seperti lodho ayam kampung, nasi tiwul dengan ikan laut, serta masakan rumahan seperti lodeh dan bothok.
Menurut Suyatmi, kuliner lokal Trenggalek seharusnya mendapatkan tempat dalam ajang lomba seperti ini, karena bisa menjadi identitas sekaligus sarana promosi daerah. Ia mengaku bangga menjadi warga asli Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, dan selalu membawa cita rasa kampung halamannya ke mana pun ia pergi.
“Saya dulu puluhan tahun di Surabaya. Dalam acara 17 Agustusan, warga di sana biasa makan bersama. Saya membawa lodho khas Trenggalek, dan bangga saat orang Surabaya bisa merasakan enaknya lodho,” kenangnya.
Suyatmi menjelaskan bahwa lodho memiliki cita rasa yang berbeda-beda di tiap daerah. Ia menyebut, di Surabaya, lodho biasanya berupa ayam panggang berbumbu kunyit, tanpa direbus seperti lodho Trenggalek.
Saat mengenalkan lodho ke teman-temannya di Surabaya, mereka menilai lodho Trenggalek punya rasa yang lebih kuat karena bumbunya meresap hingga ke daging ayam.
“Kalau biayanya memang tipis, sebaiknya lomba masak nasi tiwul sama ikan laut saja, yang identik dengan Trenggalek,” ujarnya.
Suyatmi menambahkan, ia sudah berdagang masakan khas Trenggalek selama tiga tahun. Lokasi warungnya yang berada di pinggir jalan raya membuat tempat itu sering jadi persinggahan para sopir truk dari luar daerah.
Menurutnya, pelanggan yang menyukai masakan lodho umumnya menyukai rasa rempah yang kuat. Namun, tak sedikit juga pelanggan yang lebih memilih masakan lodeh karena rasanya yang ringan dan familiar.
“Lodho Trenggalek dengan Tulungagung itu juga berbeda. Kalau tidak salah, di Tulungagung bumbunya tidak dimasak dulu sebelum direbus bersama ayam,” ujarnya.
Di warung milik Suyatmi, satu porsi ayam lodho lengkap dengan nasi dan es teh dibanderol Rp20.000. Sementara nasi tiwul dengan sayur ikan laut dan minuman, dihargai Rp15.000.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz