Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Trenggalek menerima pengaduan warga Desa Ngares, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek, Senin (25/11/2024) lalu. Warga mengeluhkan pendangkalan Sungai Temon yang disebabkan oleh material hasil pengerjaan Bendungan Bagong.
"Akibatnya, 11 Kepala Keluarga (KK) di Desa Ngares, RT 23, rawan terdampak banjir ketika ada hujan," papar Doding Rahmadi, Ketua DPRD Trenggalek yang melakukan audiensi dengan warga.
Selain warga yang terdampak, hadir dalam audiensi, berbagai pihak terkait. Seperti Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Bagong, perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, pemkab, pihak kontraktor dan masyarakat.
Doding melanjutkan, sebenarnya permasalahan tersebut sudah dialami masyarakat setempat sejak tahun 2022 lalu. Berbagai masalah dialami, mulai dari pendangkalan sungai yang signifikan hingga potensi banjir yang mengancam warga. Padahal, sebelumnya, Sungai Temon memiliki kedalaman sekitar lima meter yang digunakan sebagai wisata.
“Namun berdasarkan laporan yang kami dapat, kini kedalamannya berkurang drastis akibat timbunan material dari proses pembangunan Bendungan Bagong," katanya.
DPRD Trenggalek: Material Proyek Jangan Dibuang Sembarangan!
Dari audiensi, ada berbagai masukan dan pendapat. Sehingga, DPRD Trenggalek memberikan rekomendasi. Di antaranya; penanganan disposal yaitu material hasil pengerjaan bendungan harus dikelola dengan baik dan tidak dibuang sembarangan ke sungai agar tidak menyebabkan pendangkalan.
Juga normalisasi Sungai Temon agar dapat menampung debit air dengan baik dan mengurangi risiko banjir. Serta kajian jangka panjang yang mendalam mengenai dampak jangka panjang pembangunan Bendungan Bagong terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Karena itu, ke depan DPRD Trenggalek akan terus mengawal permasalahan ini hingga ada solusi yang memuaskan bagi masyarakat.
"Kami berharap pihak terkait dapat segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan ini dan meminimalisir dampak negatifnya bagi masyarakat," tandasnya.
Editor:Danu S