Sebelumnya, saya menulis sedikit pengalaman camping di Kedung Gede Trenggalek. Saya pernah tiga kali ke Kedung Gede bersama teman-teman Kabar Trenggalek. Memang benar, camping di Kedung Gede merupakan pilihan tepat untuk melepas penat dari kejenuhan kerja.Lokasi Kedung Gede berada di di Dusun Pule, Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Tahun 2023 kemarin, sebelum pulang, saya sempatkan bercengkerama bersama Fikri Rohmanudin, salah satu pengelola Kedung Gede. Ia bercerita, awalnya Kedung Gede dibangun dari ketidaksengajaan.“Pertama itu enggak sengaja. Pulang mendaki dari Wilis itu kami ngobrol mau jalan-jalan ke mana. Akhirnya ke sini [kawasan Kedung Gede]. Masih hutan lebat. Camping di pinggir sungai itu. Terus foto, kami kirim di grup , kok viral sampai mana-mana?” ujar Fikri.Awalnya Tak Sengaja, Tapi Kok Enak
[caption id="attachment_2813" align=aligncenter width=2048]
Suasana awal Kedung Gede Trenggalek tahun 2021/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)[/caption]
Kedung Gede dikelola oleh Fikri, bersama Indra, Rofi, dan Faiq. Mereka tergabung dalam Petualang Kecil, sebuah komunitas pendaki. Usai viral, Fikri dan teman-temannya ngide untuk membuat tempat camping.Di hutan lebat kawasan Kedung Gede, Mereka mulai membuat pelataran. Tapi, mereka tidak kepikiran kalau Kedung Gede akan ramai dikunjungi masyarakat Trenggalek.“Temen temen gak mikir tempat ini untuk ramai. Mikirnya ya kalau nanti untuk nyantai. Pas budrek [pusing] pengin nyantai, ke sini,” ucap Fikri.Setelah banyak orang datang, Fikri dan teman-temannya berinisiatif untuk membuat fasilitas tambahan. Datangnya orang-orang itu memantik semangat Fikri dan teman-temannya untuk menjadikan Kedung Gede sebagai ikon wisata di Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan.“Sumurup itu kalau di Bendungan kan desa yang paling besar, itu kan enggak punya ikon gitu loh. Akhirnya kami mau nggak mau ya berusaha membuat ikon itulah,” terang Fikri.Pemikiran bersama yang menjadi dasar semangat dibangunnya Kedung Gede adalah perpaduan antara wisata dan ekologi.Salah satu implementasi dari pemikiran itu adalah pembangunan fasilitas di Kedung Gede yang lebih ramah lingkungan. Fikri dan teman-temannya minim menggunakan material berat untuk mendirikan fasilitas di Kedung Gede.“Kalau tempat wisata itu kan banyak pembangunan fisik, nah kami itu enggak. Tapi memang manfaatkan apa yang ada view-nya di sini. Karena basic-nya kawan-kawan ini di pecinta alam, akhirnya kami tidak akan pernah membangun fisik, artinya fisik yang material berat,” terang Fikri.Bangunan yang menggunakan material berat di Kedung Gede hanya fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK). Fikri dan teman-temannya juga minim menggunakan bahan baku dari pabrikan.“Seperti yang kami manfaatkan di sini, alam, bambu. Kayak semacam [tempat duduk, mushola] ini kan full bambu,” kata Fikri.Ke depannya, Fikri dan teman-temannya ingin mengembangkan konsep perpaduan wisata dan ekologi untuk Kedung Gede. Mereka berbagi tugas untuk mengelola Kedung Gede. Pengelolaannya dilakukan dengan saling berkoordinasi dan menyesuaikan kesibukan masing-masing.Tanpa HTM, Ekonomi Warga Berputar
[caption id="attachment_62431" align=aligncenter width=1280]
Suasana camping di Kedung Gede Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)[/caption]
Selain perpaduan wisata dan ekologi, sisi perputaran ekonomi warga di sekitar Kedung Gede menarik untuk disoroti. Fikri mengatakan, wisatawan yang berkunjung atau camping ke Kedung Gede tidak dikenai Harga Tiket Masuk (HTM). Pengunjung diarahkan untuk membeli usaha-usaha milik warga.“Dengan adanya camp ini banyak pengunjung, toko-toko di sekitar kan hidup, perputaran uang di sana. Nanti ke depan kami belum pernah membayangkan akan ada HTM atau tidak,” ujar Fikri.Meski tanpa HTM, pengelola Kedung Gede menyediakan sewa tenda dan peralatan outdoor lainnya untuk para pengunjung. Hasil sewa itu digunakan untuk keperluan pengelolaan Kedung Gede ke depannya.Fikri bersyukur, ada teman-teman lain yang memberi sebagian tenda dan peralatan outdoor untuk penunjang fasilitas camping di Kedung Gede. Hasil dari sewa peralatan itu juga mampu untuk menggantikan pengeluaran pribadi dari masing-masing pengelola di awal pembangunan fasilitas di Kedung Gede. “Akhirnya kami punya alat tenda. Sebagian dari ada yang memberi cuma-cuma. Dikasihkan karena dia sudah ndak ndaki. Akhirnya jadi sampingannya, ya, kami menyewakan alat-alat ini. Selain sisa uang buat ngopi dan lain sebagainya buat fasilitas,” jelas Fikri.Upaya pengelolaan wisata dan perputaran ekonomi di kawasan Kedung Gede juga dikembangkan melalui berbagai event. Fikri dan teman-temannya mengusahakan setiap dua bulan sekali ada event di Kedung Gede. Beberapa event yang pernah dilakukan seperti camping ceria (camcer), koceh bareng (kobar), dan jogo alam (tanam pohon). Konsep pengelolaan Kedung Gede yang memadukan wisata, ekologi, dan ekonomi warga cukup sederhana dan menarik. Wisata alam semi pendakian ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut ke depannya.Apalagi, sudah mulai ada pengunjung dari luar kota seperti Tulungagung, Kediri, dan Malang. Semoga Kedung Gede tetap menjadi tempat yang asyik bagi orang-orang yang pusing dan butuh healing.