KBRT – Suasana duka menyelimuti warga Dusun Banaran, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, usai tanah longsor menimbun rumah milik Sarip (60) pada Sabtu malam (01/11/2025). Longsoran tebing setinggi sekitar 30 meter itu merenggut empat nyawa dalam satu keluarga.
Malam itu, hujan deras baru saja reda. Warga tak menyangka tanah di perbukitan belakang rumah Sarip tiba-tiba longsor dan menimbun bangunan yang dihuni lima orang.
Dugel (65), saudara Welas—istri Sarip—mengaku baru sadar ada musibah setelah mendengar suara keras dari arah rumah korban. Ia yang tinggal tak jauh dari lokasi langsung keluar rumah dan melihat bagian atap rumah Sarip sudah ambruk.
“Setelah kayu jatuh di atap rumah, saya keluar rumah Sarip sudah ambruk semua. Kira-kira jam 9 malam. Saya tidak dengar waktu tanahnya longsor, saat itu hujan dari sore sudah berhenti,” tuturnya.
Dugel berlari memanggil-manggil penghuni rumah. Tak lama kemudian, beberapa warga lain berdatangan membantu. Dari balik tumpukan puing, terdengar suara lemah meminta tolong.
“Yang teriak minta tolong itu Wiji, putra pertama Sarip. Kelihatannya ia sudah sempat tidak sadar, lalu saya gali sama warga temboknya. Untung kasurnya itu kempes jadi dia selamat, tapi tidak bisa langsung keluar karena tembok yang ambruk besar,” ucapnya.

Evakuasi malam itu berlangsung dengan penerangan seadanya. Petugas pencarian baru tiba sekitar pukul 22.00 WIB. Jenazah Sarip dan Welas ditemukan lebih dulu, sementara dua anak mereka—Fajar Puji Wibowo (19) dan Aziz Rohman (15)—baru ditemukan keesokan paginya.
“Pulangnya petugas sudah malam, saya tidak sempat melihat jam. Saya tidur di rumah anak saya yang satunya, takut kalau hujan turun lagi. Jenazah Welas sudah dimakamkan, yang belum itu Pak Sarip, lalu Fajar dan Aziz Rohman yang ketemu tadi pagi,” kata Dugel, Minggu (02/11/2025).
Kabar duka itu cepat menyebar. Mulyono, saudara kandung Welas, datang dari Dusun Duren setelah mendapat kabar dari ketua RT setempat.
“Tadi malam jam 9-an lebih saya datang ke sini dikabari sama ketua RT saya di Dusun Duren, yang lebih dulu tahu kejadiannya. Saya benar-benar tidak menyangka empat orang di rumah ini meninggal,” ungkapnya.
Sekitar pukul 10.00 WIB, ibu Sarip yang tinggal di Sendang, Tulungagung, tiba di rumah duka. Ia tak kuasa menahan tangis saat mengetahui anak kesayangannya menjadi korban longsor.
Bagi warga sekitar, Sarip dikenal sebagai sosok pekerja keras. Siswanto (40), rekan kerjanya, bahkan masih sempat bekerja bersama korban sehari sebelum kejadian.
“Ya namanya musibah, saya dikabari kaget kenapa kok bisa sampai begitu satu rumah empat orang. Sampe di sana sudah habis, hanya dengar suara tembok ambruk keras sekali begitu saja. Pak Sarip masih kerja satu hari di sini buat tempat produksi tahu. Rokok dan sandalnya masih di sini. Seperti mimpi, Pak Sarip belum lama saya ajak ke Karangan, lihat tempat buat tahu,” kenangnya.
Siswanto menuturkan, tanah longsor di kawasan itu memang bukan hal baru. Namun selama ini, skalanya kecil dan belum pernah memakan korban jiwa.
“Dulu longsor hanya kena sudut rumah. Di bawah tebing ini ada tujuh rumah, kalau terus ke utara masih ada banyak. Kalau hujan turun saya takut, seperti tadi malam saya juga tidur di rumah,” katanya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz














