KBRT – Menyambut puncak musim hujan akhir 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek mulai memperkuat sistem peringatan dini di sejumlah titik rawan bencana. Pemasangan Early Warning System (EWS) dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir, tanah longsor, hingga angin kencang.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Trenggalek berpeluang mengalami hujan intensitas sedang hingga tinggi sepanjang Desember. Kondisi tersebut disebut dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi.
“Dari 14 kecamatan di Kabupaten Trenggalek semua berpotensi terjadi banjir, pohon tumbang, gelombang tinggi hingga tanah longsor,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Stefanus Triadi.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD menggandeng beberapa sektor untuk memperkuat kesiapsiagaan. Salah satunya melalui perampingan pohon yang dinilai berbahaya bagi pengguna jalan, serta pemasangan EWS di lima titik rawan sesuai pemetaan risiko.
“EWS kami pasang di wilayah yang berpotensi terjadi tanah longsor. Selain itu kami bersama Kominfo juga memasang CCTV dilengkapi sirine untuk memantau peningkatan air sungai,” jelas Stefanus.
Selain penguatan alat peringatan dini, BPBD juga mendorong peningkatan kapasitas masyarakat melalui pembentukan kecamatan tangguh bencana. Langkah ini dinilai penting agar tiap wilayah dapat merespons cepat saat bencana terjadi.
“Bahkan beberapa desa juga dibentuk Destana atau Desa Tangguh Bencana,” katanya.
Upaya kesiapsiagaan juga menyasar dunia pendidikan. Berdasarkan Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019 tentang SPAB, BPBD rutin mendatangi sekolah-sekolah untuk memberikan pelatihan mitigasi. Kegiatan tersebut menyasar siswa dan guru agar memahami langkah dasar menghadapi situasi darurat.
“Setiap satu minggu sekali, kami turun ke sekolah untuk melaksanakan mitigasi bencana, untuk melatih siswa dan guru untuk kesiapsiagaan apabila terjadi bencana,” paparnya.
Trenggalek juga memiliki tim reaksi cepat penanggulangan bencana yang tersebar di seluruh wilayah. Saat ini tercatat 107 tim aktif, ditambah forum pengurangan risiko bencana yang bertugas melakukan koordinasi lintas desa.
“Setiap desa sudah memiliki peta rawan bencana. Jadi jika terjadi bencana mereka bisa melakukan mitigasi dan pengurangan risiko bencana alam,” kata dia.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor: Zamz















