Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cegah Kasus Meninggal Akibat Demam Berdarah, Dinkes Trenggalek: Waspada Jentik Nyamuk

Kasus demam berdarah di Trenggalek cukup tinggi. Hal itu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Trenggalek. Data Dinkes Trenggalek per Kamis, 21 Maret 2024, tidak ada kasus meninggal akibat demam berdarah."Alhamdulillah, sampai dengan sekarang tidak ada kasus yang meninggal. Kasus [demam berdarah] memang meningkat tapi tidak sampai ada yang meninggal, semua bisa dirawat dengan baik," ujar Sunarto, Kepala Dinkes Trenggalek.Meski tidak ada kasus meninggal akibat demam berdarah, Sunarto mengimbau masyarakat untuk waspada dan memberantas jentik nyamuk yang ada di rumah. Dinkes Trenggalek akan berupaya melakukan pencegahan dengan program juru pemantay jentik (jumantik)."Jadi selain promosi kesehatan dan sebagainya, juru pemantau jentik kami aktifkan, mereka akan mengelilingi daerah-daerah, rumah-rumah. Setiap rumah untuk memastikan memang tidak ada jentik nyamuk," terang Sunarto.Berdasarkan data Dinkes Trenggalek per Kamis 21 Maret 2024, ada 60 kasus demam berdarah di bulan Maret. Sebelumnya, pada Januari ada 56 kasus demam berdarah, lalu Februari 108 kasus.Sunarto mengatakan, jumlah terbanyak kasus demam berdarah ada di Kecamatan Karangan dan Pogalan. Kasus meninggal akibat demam berdarah pernah terjadi di tahun 2023."Tahun kemarin ada satu kasus [meninggal akibat demam berdarah], itu pun bukan pada anak-anak, ada kasus dewasa," ucapnya.Sunarto menjelaskan, kasus meninggal akibat demam berdarah dikarenakan adanya keterlambatan dalam memberi penanganan medis. Sebab, masyarakat sering tidak sadar dengan gejala demam berdarah yang mirip dengan gejala sakit panas biasa. Padahal, demam berdarah tidak selalu ditandai dengan gejala munculnya bintik-bintik berdarah."Apakah keluhan seperti bintik-bintik berdarah itu selalu muncul? Tidak selalu muncul. Sering sekali munculnya hanya panas, nyeri perut, dan lain sebagainya. Dan itu dikira sama masyarakat ya karena penyakit-penyakit biasanya," jelas Sunarto.Oleh karena itu, Dinkes Trenggalek mengimbau kepada masyarakat yang mulai merasakan gejala panas dan lemas, segera diperiksa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Sehingga, penanganan demam berdarah tidak terlambat."Diberikan obat ketika sudah mulai terjadi lemas dan lain sebagainya. Lalu, dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan, sehingga penanganannya tidak dalam kondisi shock. Kalau sudah kondisi shock, tentunya resiko kematian juga cukup besar," papar Sunarto.Sunarto mengingatkan, masyarakat perlu lebih waspada dengan penyakit demam berdarah. Mengingat, saat ini sedang musim hujan. Selain itu, penyakit demam berdarah sudah bermutasi, sehingga gejala yang ditimbulkan berbeda-beda."Kalau misal sudah panas, ada nyeri perut, terutama kalau misalnya sudah ada bintik-bintik atau mimisan, segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan," kata Sunarto.Menurut Sunarto, persoalan kebersihan lingkungan untuk mencegah demam berdarah perlu terus dilakukan. Pihak Dinkes Trenggalek telah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta abatisasi selektif.Perlu diketahui, Abatisasi yaitu pemberian serbuk abate pada tempat-tempat yang digenangi air termasuk bak mandi, jambangan bunga, dan sebagainyan. Tujuannya yaitu membunuh jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti dan mencegah terjadinya wabah demam berdarah."Kami melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dengan menguras minimal 1 minggu sekali untuk menutup tempat-tempat penampungan air kemudian mengubur barang-barang bekas yang tidak digunakan. Kemudian dilakukan abatisasi selektif," terang Sunarto."Fogging fokus, di mana bagian itu hanya untuk membasmi nyamuk dewasa. Sekarang PSN secara umum itu untuk nyamuk-nyamuk yang masih jentik-jentik," tambah Sunarto.