KBRT - Jembatan penghubung di RT 30 RW 07 Desa Jatiprahu yang putus akibat terjangan arus sungai pada 5 Juni 2025 hingga kini belum mendapat perbaikan. Warga setempat membangun akses darurat di lokasi patahan jembatan agar sepeda motor tetap bisa melintas.
Satinah (68), warga RT 30 RW 07, mengatakan jembatan darurat tersebut membuat aktivitas harian bisa berjalan normal kembali. Namun kendaraan roda empat, baik milik warga maupun pengangkut material, masih harus memutar lebih dari satu kilometer.
"Untuk lewat sepeda motor, atau jalan kaki sudah aman. Tapi masih takut kalau banjir bisa rusak lagi," ujarnya.
Sulasmi (73), warga lainnya, menyampaikan hal serupa. Menurutnya, jembatan darurat dibangun menggunakan dana swadaya dari warga RT 30 dan RT 17 yang sama-sama terdampak putusnya akses penghubung itu.
"Tidak khawatir karena jembatannya tidak goyang. Sementara buat cari pakan ternak sudah bisa. Tinggal menunggu perbaikan saja," kata dia.
Ketua RT 30, Poniran (71), mengungkapkan keluhan warga terus muncul setiap kali dilakukan pertemuan. Ia menyebut bahwa dua hari setelah jembatan putus, pemerintah desa hingga petugas terkait telah melakukan pengukuran. Namun hingga kini, belum ada kejelasan kapan perbaikan dimulai.
"Dikhawatirkan kalau datang banjir lagi, sisa beton jembatan di sungai hanyut dan merusak tiang jembatan darurat, dari Desa saya juga belum diberitahu apa-apa," ungkapnya.
Poniran menjelaskan dana swadaya untuk membangun jembatan darurat mencapai Rp 4 juta. Struktur jembatan dibuat dari kayu dan batang pohon kelapa yang dipasang di atas sisa material jembatan lama, sehingga rentan rusak bila terjadi banjir susulan.
Kepala Desa Jatiprahu, Slamet Riyadi, membenarkan bahwa laporan kerusakan jembatan telah diteruskan ke pemerintah kabupaten, provinsi, hingga ke pusat.
"Sudah kami laporkan ke Kebencanaan, Kabupaten sampai Provinsi juga sudah disurvey baik kabupaten maupun propinsi juga sudah dilaporkan Kodim ke Pusat. Untuk kapan pelaksanaan kami belum tahu," kata Slamet.
Ia menambahkan bahwa pembangunan jembatan darurat murni swadaya warga. Meski demikian, pihak desa tetap menunggu langkah lanjutan dari pemerintah untuk perbaikan permanen.
"Langkah kita tetap minta Kabupaten dan Provinsi untuk merenovasi jembatan," ujarnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor: Zamz















