Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Burung di Trenggalek Nyerang Padi, Petani Sibuk Mengusir

  • 23 Feb 2025 08:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Menjelang musim panen tiba burung pipit dan gereja menjadi salah satu hama yang meresahkan petani padi, karena saat bulir padi sudah berisi dan mulai matang, burung - burung tersebut lebih banyak menghabiskan padi daripada memakan hama atau serangga yang terdapat di persawahan. 

    Hal itu juga dirasakan Suwito (63) Petani Trenggalek berasal RT 24, RW 12, Desa Pogalan, yang ditemui sedang memasang orang - orangan sawah dan berbagai kaleng yang dapat dibunyikan dari jarak jauh dengan hubungan tali untuk mengusir burung yang banyak hinggap dan makan padi di sawahnya.

    “Dari pukul 06.00 pagi saya mulai memasang orang - orangan sawah dan pengusir burung ini, tetapi setelah saya pasang tidak langsung membuat burung - burung takut dan tak berani hinggap kesini, saya tetap harus mengawasi dan mengusir mereka setiap kali datang,” keluhnya.

    Suwito mengatakan sawahnya yang berada di timur jembatan Ngadirenggo ini berluas 180 ru, yang menurutnya dulu bisa menghasilkan sekitar 1 ton padi. tetapi semenjak hama burung merebak, Suwito mengaku bisa kehilangan sepertiga hasil panennya.

    “Sudah 2 kali musim padi saya gagal panen disebabkan hama burung, karena saya tidak bisa selalu meluangkan waktu untuk mengawasi di sawah, dan tidak ada yang bisa saya lakukan lagi selain mengusir burung - burung ini setiap hari,” ujarnya.

    Menurut Suwito kebanyakan burung yang memakan padinya adalah burung pipit, dahulu sebelum bulir padi muncul dan matang burung pipit juga memakan lumut dan serangga kecil yang menjadi hama di sawahnya. Ia mengatakan bahwa padinya akan siap dipanen saat menjelang lebaran, tetapi ia memilih untuk memanennya setelah lebaran karena dalam momen menjelang lebaran dinilanya banyak pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan.

    “Mau tidak mau saya harus selalu mengawasi sawah setiap hari, untuk menghindari gagal panen. Biasanya saya berangkat pukul 06.00 pagi dan kalau matahari sudah mulai panas saya pulang dan kembali lagi di sore hari,” jelasnya.

    Suwito bercerita sudah mencoba menyemprotkan salah satu disenfektan berharap burung - burung pipit akan mati dan kapok memakan padinya tetapi ternyata usahanya tak berbuah hasil sama sekali. Ia juga mengatakan bahwa kelompok tani dan pemerintah desa sudah memberitahu masyarakat untuk memasang jaring atau memberikan obat kimia yang dapat membunuh burung.

    “Saya tidak mau memasang jaring karena biaya pemasangannya sangat mahal, kira - kira untuk sawah ini saya bisa menghabiskan 3 juta rupiah. Kalau untuk menggunakan obat kimia pembasmi burung saya takut, karena sebagian padi ini tetap saya makan sendiri bersama keluarga, dan juga saya takut akan efek jangka panjangnya ke sawah yang belum di ketahui,” pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    journey scarpes