KBRT – Pembelian seragam sekolah di SMP Negeri 1 Pogalan, Kabupaten Trenggalek, masih didominasi dari pihak sekolah. Meski kebijakan nasional menyatakan bahwa wali murid bebas membeli seragam di mana saja, sebagian besar orang tua siswa baru belum mengetahui hal tersebut.
Bima, salah satu wali murid yang enggan disebutkan namanya secara lengkap, mengaku membeli seluruh paket seragam sekolah dari SMPN 1 Pogalan tanpa tahu bahwa dirinya sebenarnya punya kebebasan memilih.
“Tidak tahu, setelah daftar ulang hanya dikasih brosur daftar seragam dari sekolah. Saya rasa tidak ada sosialisasi tentang kebijakan tersebut,” ujar Bima saat ditemui Kabar Trenggalek.
Paket seragam yang ia beli mencakup seragam dari Senin hingga Sabtu, tiga stel pakaian lengkap dan dua jas almamater, ditambah Lembar Kerja Siswa (LKS). Total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp1,4 juta.
Meski tidak merasa keberatan, Bima tak menunjukkan brosur harga yang ia terima dari pihak sekolah. Ia beralasan bahwa membeli di sekolah lebih praktis karena sudah siap pakai dan tidak menunggu proses jahit yang lama.
“Dari sekolah langsung jadi lengkap, tinggal memasang bet dan menyesuaikan ukurannya,” tambahnya.
Pengalaman serupa juga dialami oleh wali murid lain, Krisna [Nama samaran] yang mendaftarkan anaknya sebulan sebelumnya lewat jalur prestasi. Ia mengatakan harus merogoh kocek hingga Rp1,5 juta untuk seluruh perlengkapan seragam, termasuk kerudung, dasi, dan ikat pinggang.
“Sebenarnya agak keberatan karena baru saja keluar uang buat wisuda. Untung ada kakaknya yang bantu. Tapi kalau tidak beli di sekolah, takut anaknya minder sendiri,” katanya.
Humas SMPN 1 Pogalan, Imam Choirudin, membenarkan bahwa sekitar 90 persen dari 304 siswa baru membeli seragam dari sekolah. Namun, ia menegaskan bahwa pihak sekolah sudah menyosialisasikan kebijakan bebas pembelian seragam kepada wali murid.
“Sosialisasi dilakukan satu kali setelah daftar ulang selesai. Para wali murid kami undang kembali ke sekolah,” ujar Imam.
Ia menjelaskan, harga seragam lengkap untuk siswa laki-laki berada di angka Rp1.190.000, sementara untuk siswa perempuan mencapai Rp1.345.000. Menurutnya, jika ada wali murid yang tidak tahu kebijakan tersebut, kemungkinan besar mereka tidak hadir dalam sosialisasi atau kurang akses informasi.
Imam menyebut bahwa pembelian seragam tidak dilakukan melalui sekolah, melainkan langsung dengan vendor yang telah bekerja sama. Tahun ini, SMPN 1 Pogalan menggandeng dua vendor dari Trenggalek dan Tulungagung.
“Tidak ada paksaan sama sekali. Penawaran dan pembayaran juga langsung ke vendor tanpa melalui sekolah,” tegas Imam.
Meski begitu, ia mengakui pernah menerima keluhan soal mahalnya biaya seragam. Namun karena bukan pihak sekolah yang menentukan harga, keluhan tersebut diserahkan kembali kepada orang tua.
Menurut Imam, sejauh ini belum ada bantuan khusus bagi wali murid yang tidak mampu membeli seragam baru. Namun, ia menilai masih banyak solusi seperti penggunaan seragam bekas dari kakak kelas yang layak pakai.
“Sampai saat ini belum ada bantuan khusus. Tapi orang tua tetap bebas memilih mana yang pantas untuk anaknya. Seragam bekas pun masih digunakan di sini,” tutupnya
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Zamz