Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Barongan Ekskavator Gegerkan Festival Jaranan Trenggalek, Kritik Keras untuk Tambang

Festival Jaranan Trenggalek 2025 menampilkan Barongan Ekskavator karya Saga Tanjung Ilham sebagai simbol kritik ancaman tambang.

  • 29 Sep 2025 08:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Festival Jaranan Trenggalek 2025 tampilkan Barongan Ekskavator sebagai kritik tambang
    • Karya Saga Tanjung Ilham simbolkan ekskavator sebagai sosok antagonis modern
    • Pameran juga hadirkan riset kesenian Jaranan dan gaya khas Gagrak Liyepan

    KBRTPameran Festival Jaranan Trenggalek Terbuka (FJJT) 2025 yang resmi dibuka pada Minggu (28/9/2025) menampilkan karya unik berjudul “Barongan Ekskavator”. Karya ini digagas Saga Tanjung Ilham (30) sebagai simbol kritik atas ancaman ekologis dari aktivitas pertambangan.

    Saga, yang juga koordinator pameran, menjelaskan konsep Barongan Ekskavator lahir dari peran antagonis barongan yang dahulu digambarkan sebagai siluman menakutkan. Kini, menurutnya, sosok menyeramkan itu terwujud dalam alat berat tambang.

    “Kalau dulu barongan menarasikan siluman yang menyeramkan, hari ini yang lebih ngeri itu ya ekskavator. Apa-apa dirusak, apa-apa ditabrak. Makanya aku bikin barongan ekskavator dengan bentuk keras, tulang, dan tanduk, supaya pesan ekologisnya kuat,” ungkap Saga.

    Detail Barongan Ekskavator, seperti mata berbentuk tanduk, menurut Saga merepresentasikan penguasa yang abai terhadap dampak lingkungan. Sementara itu, sepasang celengan berbadan gemuk dengan perhiasan dan jas rapi disandingkan sebagai simbol penguasa yang sama merusaknya.

    “Celengan dulu kan merusak tanaman warga di kebun. Celengan yang saya tampilkan ini sama saja, hanya saja berbadan gemuk dan berperhiasan,” katanya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Saga mengungkapkan, karya yang ia selesaikan dalam waktu kurang dari seminggu itu dipamerkan melalui komunitas kolektif Serikat Suket. Ia menilai FJJT menjadi momentum penting karena pameran semacam ini baru pertama kali diadakan di Trenggalek.

    penampakan-celeng-dan-barongan.jpg
    Barongan eksavator dan celeng. KBRT/Nandika

    “Kalau yang lain merespons isu dengan demo, saya bersama aliansi memilih berkarya. Bisa lewat seni rupa seperti ini atau lewat film, seperti yang pernah kami lakukan sebelumnya,” lanjutnya.

    Panitia pameran juga menggelar riset untuk menghadirkan informasi sejarah kesenian Jaranan. Mereka mendatangi pengrajin dan sanggar di Kampak, Karangan, hingga Prambon. Hasilnya, beberapa artefak jaranan ditampilkan, termasuk karya pertama Pak Kesle, pengrajin barongan senior asal Prambon Tugu.

    Dari riset itu, Saga dan kolektifnya menemukan gaya khas Trenggalek yang disebut Gagrak Liyepan. Gaya ini ditandai dengan bentuk mata sayu atau setengah mengantuk, menggambarkan karakter masyarakat Trenggalek yang santai dalam kondisi genting.

    “Harapannya, pameran ini bisa merawat tradisi Jaranan sekaligus menyuarakan kritik ekologis. Liyepan itu seperti gambaran masyarakat Trenggalek yang tidak ingin ribut meskipun ada isu besar seperti tambang,” jelas Saga, yang dikenal juga sebagai Halo Peck.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Lingkungan

    Editor:Zamz