Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

10 Pondok Pesantren di Trenggalek yang Berdiri Tahun 1790 - 1900

Sejarah perkembangan pondok pesantren di Trenggalek menarik untuk ditelusuri. Salah satu pembahasan yang sering dibicarakan yaitu pondok tertua, kisah kiai, dan ajaran-ajaran Islam yang terus diamalkan oleh masyarakat hari ini.

Dalam pembahasan pondok tertua misalnya, Abdul Hamid Wilis dalam buku "Selayang Pandang Sejarah Trenggalek" mencatat pondok pesantren yang berdiri sekitar tahun 1830 - 1900. Sayangnya, catatan Abdul Hamid Wilis ini sepertinya kurang lengkap dan tidak menrincikan dari pondok yang paling tua.

Abdul Hamid Wilis tidak menyebutkan secara rinci terkait tahun berdiri masing-masing pondok. Lebih banyak perkiraan saja. Seperti perkiraan pondok pesantren tertua dimulai tahun 1830. Tapi, dalam temuan terbaru, ada pondok pesantren di Trenggalek yang berdiri sejak 1790, yaitu Pondok Pesantren Hidayatut Thullab.

Pondok Pesantren Hidayatut Thullab tercatat sebagai salah satu pondok tertua di Indonesia. Hal itu tercatat dalam Surat PBNU No: 471/PB. 03/B.I.03.71/99/01/2023. Surat itu dirilis dalam momen penghargaan oleh PBNU yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tanggal 31 Januari 2023.

Akan tetapi, tetap penting untuk mengetahui daftar pondok pesantren yang berdiri di Trenggalek sekitar tahun 1830 - 1900. Sehingga, ke depannya ada penelitian atau temuan baru tentang data-data berdirinya pondok pesantren di Trenggalek.

Berikut ulasan daftar 10 pondok pesantren di Trenggalek yang berdiri tahun 1790 - 1900, berdasarkan buku "Selayang Pandang Sejarah Trenggalek" ditambah data temuan baru.

1. Pondok Pesantren Parakan

Pendirinya Pondok Pesantren Parakan Trenggalek adalah Mbah K. Mesir bin Mbah K. Yahuda Lorog Pacitan. Menurut silsilahnya, Mbah K. Yahuda masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Mbah K. Mesir datang di Parakan mendirikan pondok pesantren dan masjid. Kemudian pindah ke Durenan juga mendirikan pondok pesantren dan masjid. Di Parakan, peninggalannya berupa masjid, pondok, dan madrasah.

2. Pondok Pesantren Karanggayam

Pendirinya Pondok Pesantren Karanggayam, Sumbergedong, Trenggalek adalah Mbah K. H. Abdullah Hafidz (yang juga terkenal dengan nama Mbah Jenggot, nama kecilnya Mobal). Mbah K.H. Abdullah Hafidz adalah putra seorang Bekel prajurit (kepala pasukan tentara kecil) Pangeran Diponegoro, kelahiran Yogyakarta, timur beteng pada tahun 1820.

Setelah ayahnya gugur dalam medan pertempuran, Mbah Mobal oleh ibunya dibawa lari ke Madiun, Nganjuk, kemudian masuk Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo. Karena masih dicari oleh Belanda, akhirnya pindah ke Tremas Pacitan.

Setelah ilmunya cukup dan terdeteksi oleh Belanda, akhirnya menyingkir ke Panggul. Dari Panggul ke Munjungan lalu terus ke Kampak. Di Kampak diambil menantu naib pertama Kampak Mbah K. Imam Baghowi. Kemudian diajukan sebagai hakim agama di Pengulon Trenggalek.

Mbah Mobal tidak mau diangkat menjadi naib. Lalu, ia mendirikan pondok pesantren dan masjid. Peninggalannya adalah Masjid Baiturrahim Sidomulyo, Sumbergedong.

3. Pondok Pesantren Keningaran

Pendirinya Pondok Pesantren Keningaran, Surodakan, Trenggalek adalah K.H. Imam Sopingi. Karena waktu itu sholat Jum'atnya di Masjid Agung Trenggalek, maka tidak mendirikan masjid. Sekarang peninggalannya langgar (mushola) yang cukup besar, terletak di seberang Pasar Subuh.

4. Pondok Pesantren Jeding

Pondok Pesantren Jeding, Ngantru, Jonegaran, Trenggalek dahulu terkenal dengan nama Pondok Jeding atau Langgar Jeding. Berada di sebelah timur sungai makam Setono Galek. Peninggalannya tidak ada, sebab tidak ada tanah waqafnya.

5. Pondok Pesantren Kedunglurah Pogalan

Pendirinya Pondok Pesantren Kedunglurah Pogalan adalah K. Umar, dirintis sejak leluhurnya. Dilanjutkan oleh putranya K. Abdullah Umar dan cucunya K.H. Soleh bin K. Abdullah. Kemudian diasuh oleh putranya K. Abdullah Soleh.

Lalu diasuh oleh putranya K. Abdullah Soleh dan pamannya K. Umar Soleh. Pondok pesantren Kedunglurah juga pondok thoriqoh dan guru muridnya ialah K. Umar Soleh. Banyak santri thoriqoh yang sampai hari mondok, dan mempunyai Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah.

6. Pondok Pesantren Durenan

Pendiri Pondok Pesantren Durenan, Kecamatan Durenan, ialah Mbah K. Mesir bin Mbah K. Yahuda Lorog. Dilanjutkan oleh putranya Mbah K Mahyin yang berputra Mbah K. Ahmad Mu'in bin Mahyin. Lalu diasuh oleh beberapa orang putranya antara lain K.H.A. Fattah, K. Sodiqun dan kakaknya. Santri pondok masih ada dan mempunyai Madrasah Diniyah.

Keenam, bangunan pondok (jawa: gothakan) yang umurnya sudah lebih 125 tahun, sebelumnya adalah gudang kopi pada masa tanam paksa. Yang kemudian setelah tanam paksa dihapus gudangnya dijual dan dibeli oleh Mbah Mesir/Mahyin.

Bapak K.A. Mu'in pernah menjadi Rois Syuriah Partai Islam Masyumi 1945 - 1952, dan Rois Syuriah NU yang ke II 1952-1985 (wafat). Waktu perang Agresi II, K. Ahmad Mu'in diangkat menjadi Camat Durenan.

7. Pondok Pesantren Darussalam Jajar

Pondok Pesantren Darussalam Jajar, Sumbergayam, disebut masyarakat sebagai Pondok Kidul, sebab nanti ada Pondok Tengah dan Pondok Lor (Elor). Usianya sudah lebih 90 tahun.

Rupanya Pondok Pesantren Darussalam Jajar dibangun di lokasi bekas candi. Tiga umpak "sakaguru" masjid adalah yoni asli, sedang tiangnya sebagai lingga, walaupun bukan yang aslinya. Umpak yang tiruan yoni ialah yang sebelah tenggara.

Disekitar masjid (lokasi pondok) dulu banyak arca. Sekarang santri pondok mencapai ratusan dan juga mempunyai madrasah. Menjelang jaman Jepang sampai tahun 1950, pondok ini diasuh generasi ketiga K. Badaruddin, yang terkenal sebab ikut dalam perang kemerdekaan sebagai komandan Sabilillah.

Sedangkan pimpinan umum Laskar Sabilillah Trenggalek ialah K.A. Mu'in Durenan. Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam adalah generasi keempat K.H.M Yunus. Karena beliau sudah tua, lalu diasuh oleh para putranya.

8. Pondok Pesantren Hidayatut Thullab

Berdasarkan Surat PBNU No: 471/PB. 03/B.I.03.71/99/01/2023, Pondok Hidayatut Thullab berdiri sejak tahun 1790. Menjadi salah satu pondok pesantren paling tua di Indonesia, dengan usianya pada 2023 ini adalah 233 tahun.

Pondok Hidayatut Thullab lebih dikenal dengan sebutan Pondok Tengah atau Pondok Kamulan atau Pondok Durenan, namun yang lebih masyhur adalah sebutan Pondok Tengah.

Letaknya ada di Desa Kamulan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Disebut Pondok Tengah karena di Desa Kamulan ada lima pondok pesantren, dan keberadaan pesantren ini berada di tengah.

Pondok Tengah ada sejak kerajaan Majapahit. Awalnya daerah tersebut merupakan hutan belantara, bekas reruntuhan Kerajaan Sendang Kamulan atau pusat salah satu dari 4 Rakyan Menteri Katandan.

Menurut Abdul Hamid Wilis, di lokasi Pondok Tengah dulu ada telaga (sendang) yang asri di tengah taman yang indah, dan di sekeliling sendang banyak arca yang diatur dengan rapi.

Sayangnya, arca itu satu persatu hilang. Ada yang diambil orang, ada yang jatuh kedalam telaga dan banyak pula yang diambil seorang camat (Asisten Wedono) yang bernama Sutemo (1924). Termasuk Prasasti Kamulan yang terkenal sebagai dasar Hari Jadi Trenggalek itu sempat hilang, sebelum ditemukan lagi di Museum Jakarta.

Pondok Tengah didirikan oleh Kiai Yunus. Kiai Yunus berasal dari keluarga kerajaan Mataram, ia memutuskan menjauh dari kerajaan karena ada selisih paham dengan kebijakan kerajaan yang menjalin hubungan dengan Belanda. Mula-mula, Kyai Yunus membangun tempat tinggal sederhana beratapkan ilalang.

Kehadiran tokoh sentral di tempat yang awalnya hutan belantara tersebut lambat laun berhasil diubah menjadi pemukiman penduduk, tempat itu kemudian diberi nama Kamulan, kini Kamulan menjadi salah satu nama desa di Kecamatan Durenan.

Sepeninggal Kiai Yunus, perjuangan meneruskan penyebaran ajaran Islam diteruskan oleh Kiai Ali Murtadho, putra Kyai Yunus. Di masa kepemimpinannya, Kiai Ali Murtadho merenovasi masjid dan hingga saat ini bangunan masjid tersebut masih dipertahankan sesuai bentuk aslinya.

Sepeninggal Kyai Ali Murtadho, kepemimpinan pesantren dilanjutkan KH. Ihsan. Di masa kepemimpinan KH. Ihsan, sekitar tahun 1948-1949, pesantren tersebut dijadikan markas sementara tentara Hizbullah. Tercatat juga, pesantren ini pernah menjadi target operasi serangan tentara sekutu pada tanggal 10 November 1948.

Kemudian dilanjutkan dengan kepemimpinan KH. M. Mahmud Ihsan dibantu adik iparnya, yaitu Kyai Nafi’i alias Kyai Jumadi. Pesantren tersebut juga dijadikan pusat pembinaan dan penggemblengan pemuda Ansor dalam rangka untuk menumpas pemberontakan G30S/PKI. Kiai Mahmud wafat pada tahun 1996.

Saat ini, Pondok Tengah atau Pondok Pesantren Hidayatut Thullab berada dalam asuhan KH. Thoha Munawar, KH. Mahmud Ihsan dan KH. Baha’udin. Santri pondok, termasuk murid Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah, ditambah Majelis Taklim, dan yatim piatu jumlahnya mencapai ribuan.

9. Pondok Pesantren Darul Istiqomah

Pondok Pesantren Darul Istiqomah (Daris) dan Daris Sulaimaniyah, Kamulan-Durenan, juga dikenal dengan nama Pondok Lor. Pendirian masjidnya oleh K.H. Sulaiman hampir bersamaan waktunya dengan masjid Pondok Kidul dan Pondok Tengah.

Tetapi mulai ada pondoknya pada generasi kedua dan ketiga. Pengasuhnya dua bersaudara K.H. Mashuri (Lahuri), dan K.H. Nur Khotib, yang masih putra keponakan Abdul Hamid Wilis (penulis buku Selayang Pandang Sejarah Trenggalek). Santrinya hampir 1000 orang, termasuk murid madrasahnya.

10. Pondok Pesantren Kebonsari

Pondok Pesantren Kebonsari, Desa Gondang, Kecamatan Tugu, didirikan oleh K. Minhaj dan leluhurnya. Kemudian diasuh oleh putranya K. Badarudin lalu diasuh oleh K. Sulaiman. Salah seorang keturunan K. Minhaj mendirikan Masjid Kalipinggir Gondang.

Demikian ulasan 10 pondok pesantren di Trenggalek yang berdiri tahun 1790 - 1900. Abdul Hamid Wilis mencatat, pondok-pondok itu hanyalah pondok pesantren yang jumlah santrinya mencapai ratusan.

Pondok Pesantren dan Masjid Lain di Trenggalek 

Sebenarnya, menurut Abdul Hamid Wilis, masih ada puluhan lagi pondok pesantren yang lainnya yang tersebar di wilayah Trenggalek, tetapi tidak ditulis di buku Selayang Pandang Sejarah Trenggalek.

"Kemudian berdirilah masjid-masjid kenaiban, bagi yang kantor kenaibannya jauh dengan masjid yang sudah ada lebih dahulu. Misalnya Kenaiban Trenggalek sudah ada Masjid Agung, Kenaiban Kamulan sudah ada Masjid Pondok Pesantren Kamulan," tulis Abdul Hamid Wilis.

Masjid kenaiban antara lain ialah Masjid Kampak yang didirkan oleh naib Kampak yang pertama Mbah K. Imam Baghowi (± 1850), kemudian masjid Kenaiban Bendungan, Bendorejo, Durenan, Karangan, Dermosari, Pule, Jombok, Panggul, Dongko, Munjungan, Gandusari, Jongke, Watulimo. Masjid-masjid itu tentu juga menjadi pusat pengembangan agama Islam berdampingan dengan pondok pesantren.

"Itulah sebagian pondok pesantren yang berdiri antara tahun 1830-1900. Semua lengkap dengan masjidnya yang sampai sekarang masih tegak berdiri, kecuali pondok pesantren Keningaran dan Jeding yang hanya berupa langgar, sebab lokasinya dekat dengan Masjid Agung," terang Abdul Hamid Wilis.

Menurut catatan Abdul Hamid Wilis, sampai dengan sekitar tahun 1900 antara lain dapat disebutkan masjid-masjid yang ada di Trenggalek. Beberapa di antaranya yaitu masjid di Rejowinangun, Dawuhan, Pogalan, Dawung, Bendorejo, Gondang Tugu, Kebon Agung Panggul, Melis, Jatiprahu, Sumberingin, dan sebagainya. Di Gondang Tugu ada 3 masjid, yaitu Masjid Kebon, Pinggirsari dan Krajan.

Masjid Kelutan berdiri pada tahun 1926. Kemudian pada tahun 1950 K.H. Siraj mendirikan Pondok Pesantren Kelutan. K.H. Siraj pindah ke Ponggok Blitar dan diteruskan oleh K.H. Basthomi (K. Mardanus nama kecilnya) dan diberi nama Pondok Pesantren Darun Najah.

Kemudian, pengasuhnya berlanjut ke putranya yaitu K.H. Agus Ibnu Mubbarok Al Basthomi. Untuk pondok putri diasuh oleh Ny. Hj. Matoyah binti K.H. Basthomi. Santrinya dan termasuk murid madrasah putra putri hampir 1000 orang.

"Setelah tahun 1950 sampai sekarang di Trenggalek telah berdiri ratusan masjid. Di setiap Desa/kelurahan ada yang sampai 4 sampai 6 masjid. Data kongkritnya dapat dilihat di kantor Departemen Agama," tandas Abdul Hamid Wilis.