KBRT – Lebih dari setengah abad berlalu, peristiwa 30 September 1965 masih membekas di ingatan sejumlah warga sepuh Kabupaten Trenggalek. Desa yang biasanya damai kala itu berubah panik karena warga berbondong-bondong mengungsi mencari tempat aman.
Mutini (92), warga Dusun Pojok, Desa Sukorame, mengisahkan dirinya turut menyaksikan masa penuh ketakutan tersebut, termasuk penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) usai peristiwa 30 September 1965.
“Dulu, yang saya ingat ada satu orang desa yang katanya ikut PKI, itu dibawa ke dekat kuburan Watu Dhukun dan dibunuh,” ungkap perempuan yang akrab disapa Mbah Mut.
Selain peristiwa 1965, Mbah Mut juga mengalami fase sejarah lain seperti kemerdekaan, agresi militer, hingga pendudukan Jepang. Namun, ia mengaku tak mudah mengingat detail kejadian masa lalu.
“Waktu itu warga laki-laki berjaga di poskamling di ujung gang ini selama beberapa minggu, takut ada yang bikin rusuh,” lanjutnya.
Mbah Mut lahir pada 1933. Meski kini pendengarannya berkurang, ia masih ingat jelas bagaimana kengerian pendudukan Jepang.
“Waktu pendudukan Jepang tahun 1942, saya baru kelas 2 SD. Banyak pesawat tempur menjatuhkan peluru. Saya menggendong adik ke pengungsian di bawah gunung Dusun Serut bersama warga Bendorejo dan Kedunglurah,” ujarnya.
Kenangan serupa juga dialami Sawal (85), warga Dusun Nglaban, Desa Karanganyar, Kecamatan Gandusari. Saat peristiwa 1965, ia bertugas sebagai PKD (Petugas Keamanan Dalam) atau Hansip di desanya.
“Karena saya dulu tahun 1965 itu PKD, kalau sekarang hansip. Saya melihat langsung pembunuhan puluhan orang yang diduga PKI di sungai dekat pemakaman Watu Dhukun Sukorame. Ya waktu itu tugas saya menjaga, jadi ya lihat langsung,” kata Sawal.
Sawal menuturkan kondisi di lokasi penumpasan sangat mengerikan. Menurutnya, sebagian korban berasal dari desa sekitar, termasuk Kedunglurah. Namun, karena malam hari dan jumlahnya banyak, ia tak mengenali sebagian besar korban.
“Mayat-mayatnya dikubur di sekitar situ. Satu lubang bisa muat 10 sampai 25 orang. Yang bunuh saya juga tidak kenal, orang mana juga tidak tahu,” kata dia.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz