KBRT – Video seorang sopir truk yang mengaku tidak mendapatkan layanan pengisian BBM jenis solar di SPBU dekat Terminal Bus Trenggalek viral di platform Facebook pada Kamis (27/11/2025). Dalam video tersebut, sopir menyebut tidak terlayani, sementara di depannya terlihat salah satu bus sedang mengisi solar.
Kepala SPBU 304 Trenggalek, Kurniatri Baskoro Edi, memberikan penjelasan terkait ramainya keluhan tersebut. Ia menegaskan bahwa SPBU di bawah PT Jwalita Energi Trenggalek (JET), BUMD milik Pemkab Trenggalek, tidak menutup layanan untuk umum.
Edi menyampaikan, pembatasan layanan solar dilakukan ketika stok di tangki mendekati batas minimal operasional. Pada kondisi tertentu, solar hanya diberikan untuk kendaraan prioritas dan kendaraan yang sudah bermitra dengan SPBU tersebut.
“Untuk pelayanan umum di saat tinggal sedikit, kita sudah tidak melayani lagi untuk mobil-mobil umum. Yang bisa kita layani hanya ambulans, mobil sampah, damkar dan bus Bagong. Bus Bagong pun itu yang sudah memberikan deposit ke kita,” jelasnya.
Ia menerangkan bahwa SPBU wajib menyisakan sekitar 600 liter sebagai batas minimal. Bila stok tinggal sekitar 1.000 liter, hanya 400 liter yang dapat disalurkan kepada kendaraan prioritas.
“Kadang-kadang karena memang kurangnya pemahaman masyarakat, dianggap kami tidak melayani. Padahal sisa yang kita tinggal itu 1.000 liter dan harus menyisakan 600 liter. Jadi hanya ada seperempatnya untuk ambulans dan kendaraan layanan,” ujarnya.
Terkait kemitraan dengan salah satu perusahaan transportasi bus, Edi menyebut sistem yang digunakan berupa deposit yang disetor terlebih dahulu.
“Untuk bus Bagong biasanya nitip atau deposit dulu antara dua sampai tiga hari, sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Mereka ambil per hari sekitar 1.500 sampai 2.000 liter,” katanya.
Edi menambahkan, distribusi solar di SPBU tersebut bergantung pada kuota yang ditetapkan Pertamina. SPBU mendapat jatah 8.000 liter per hari dengan pengiriman empat kali dalam sepekan.
“Kuotanya dari Pertamina. Kita per hari hanya dikasih 8.000 liter. Itu habisnya lima sampai enam jam. Sementara kapasitas kita sebenarnya bisa 18.000 liter per hari,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa SPBU terbuka untuk bermitra dengan pihak mana pun, namun tetap menyesuaikan dengan kemampuan kuota yang tersedia.
“Selama kuota kami bisa meng-handle, kami tetap bisa melayani. Tapi karena keterbatasan kuota, kami tidak berani menjanjikan. Dulu bus Harapan Jaya pernah mau mitra, tapi kapasitasnya besar, sedangkan kuota kami kecil,” jelasnya.
Edi menutup dengan menyampaikan bahwa pembatasan layanan dilakukan semata-mata untuk menjaga ketersediaan solar bagi kendaraan prioritas, layanan darurat, serta mitra yang telah menyetor deposit.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor: Zamz















