KBRT – Stok Bahan Bakar Minyak (BBM) Bio Solar di SPBU yang dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jwalita Energi Trenggalek (Jet) habis. Kondisi ini mendorong Pemerintah Kabupaten Trenggalek mengajukan tambahan kuota ke Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Cusi Kurniawati, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Trenggalek, mengatakan kuota Bio Solar tahun 2025 memang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
“Kuota BBM Solar kalau dibandingkan dengan tahun 2024 mengalami penurunan. Tahun 2024 sebesar 22.500 kiloliter (KL), tahun 2025 turun jadi 20.654 KL. Ada tambahan sedikit dari Pertamina, tetapi tetap di bawah tahun lalu,” ujarnya.
Berdasarkan surat Pertamina Patra Niaga Retail Kediri sampai tanggal 12 September 2025, kuota Bio Solar Trenggalek menjadi 21.722 KL. Pemkab pun mengajukan usulan tambahan kuota sebesar 2.109 KL melalui surat Bupati tertanggal 2 September 2025.
“Harapan kami kuota Bio Solar tahun 2025 bisa mencapai 23.197 KL. Usulan sudah kami sampaikan ke BPH Migas, saat ini masih menunggu realisasi. Untuk triwulan IV, kami belum tahu apakah akan ada tambahan atau tidak,” jelasnya.
Cusi menambahkan, saat ini di Kabupaten Trenggalek terdapat 16 SPBU yang menyalurkan Bio Solar, baik Pertamina maupun AKR. Namun, SPBU di bawah naungan PT Jet sudah kehabisan stok.
“SPBU yang 15 lainnya masih ada, kondisinya bervariasi sesuai dengan jadwal pasokan. Ada yang seminggu empat kali, ada yang dua kali, bahkan ada yang setiap hari. Sedangkan PT JET sudah kosong. Bupati sudah bikin dua surat, khusus untuk PT Jet dan secara umum untuk SPBU Trenggalek, masih menunggu respon dari BPH Migas,” katanya.
Sementara itu, untuk sektor nelayan disebut masih aman. Menurut Cusi, stok solar relatif cukup karena faktor musim hujan yang menyebabkan nelayan tidak setiap hari melaut.
“Nelayan masih aman, karena musim ini banyak hujan. Bahkan kemarin saat ikan berkurang, nelayan tidak melaut sehingga solar justru berlebih,” tambahnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Lek Zuhri