KBRT - Di pinggiran Pendapa Kabupaten Trenggalek, Tulus (71) berdiri sambil menunggu putrinya yang baru saja usai menurunkan Sang Merah Putih, Minggu (17/08/2025).
Tulus adalah ayah dari Anggun Kusuma Nurhidayah (16), anggota Pasukan Pengibaran Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Trenggalek. Senyumnya merekah ketika bercerita tentang sang anak.
“Sebagai orang tua saya bangga sekali, seorang anak buruh tani, pekerjaannya cuma buat sesek bisa jadi Paskibraka,” ujarnya dengan bibir bergetar menahan haru.
Sehari-hari, Tulus tinggal di Dusun Jampi, Desa Ngentrong, Kecamatan Karangan. Ia bekerja sebagai pembuat sesek, anyaman bambu besar untuk pagar.
Istri tercintanya telah tiada sejak Anggun duduk di bangku kelas VI SD, sehingga peran ayah sekaligus ibu ia jalani seorang diri.
Meski hidup sederhana, Anggun tumbuh mandiri. Sejak kecil, ia terbiasa mencuci pakaian sendiri, aktif mengikuti lomba baris berbaris hingga menyanyi di sekolah. Kini, cita-citanya terwujud: berdiri gagah sebagai Paskibraka.
“Senang, terharu, terus bahagia. Tugas saya sudah selesai setelah melewati latihan keras, disiplin, dan evaluasi setiap hari,” kata Anggun, siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangan.
Ia tergabung dalam peleton 17, berada di barisan depan nomor urut lima. “Saya jadi pengawal barisan pembawa bendera,” jelasnya.
Bagi Tulus, momen HUT ke-80 RI ini bukan sekadar upacara kenegaraan. Ada kebanggaan mendalam yang membuatnya berkali-kali bersyukur. “Momen paling berkesan itu waktu penurunan bendera lalu bisa bertemu dengan keluarga lagi,” tutur Anggun lantang.
Senyum ayah dan anak itu seolah merangkum arti kemerdekaan: perjuangan, harapan, dan cinta yang tak pernah padam.
Kabar Trenggalek - Feature
Editor:Zamz