KBRT – SD Negeri 3 Pogalan, yang terletak di kaki Bukit Secang, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, kembali menghadapi tantangan minimnya siswa baru. Tahun ajaran 2025 ini, sekolah tersebut hanya menerima dua peserta didik baru.
Padahal, lokasi sekolah ini hanya berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota Trenggalek, atau sekitar 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Namun, kondisi geografis yang berbukit dan akses jalan yang rusak membuat sekolah ini seolah berada di wilayah terisolasi.
Murjani (48), Ketua Komite Sekolah, menjelaskan bahwa tren penurunan jumlah murid sudah terjadi sejak awal tahun 2000-an.
“Kali ini sekolah hanya dapat dua siswa baru. Tahun sebelumnya tiga, sekarang mereka naik kelas. Sejak tahun 2000 memang terus menurun,” kata Murjani.
Menurutnya, selama 20 tahun terakhir, jumlah siswa baru tertinggi hanya delapan anak. Jumlah terbanyak pernah terjadi di tahun 1990 dengan total 18 siswa baru.
“Kalau tidak ada sekolah ini, mungkin dulu banyak anak yang tidak sekolah karena SD lain jaraknya jauh,” imbuhnya.
Murid SD Negeri 3 Pogalan saat ini mayoritas berasal dari dua RT yang letaknya berdekatan dengan sekolah. Wilayah tersebut dihuni sekitar 50 kepala keluarga.
Sementara dua SD lainnya di Desa Pogalan berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Dusun Secang. Namun, kondisi jalan yang menanjak dan rusak membuat akses menjadi hambatan utama bagi anak-anak dari RT lain.
Meski jumlah murid terus menyusut, Murjani menegaskan bahwa fasilitas di SDN 3 Pogalan tetap memadai.
“Perpustakaan sudah ada dan aktif, walaupun tidak selengkap sekolah lain. Belajar mengajar tetap berjalan normal,” jelasnya.
Sanitasi dan fasilitas air bersih juga mencukupi. Bahkan, saat pompa air tidak berfungsi, sekolah masih bisa memanfaatkan sumber air dari bukit.
Murjani mengatakan bahwa pihak sekolah sedang merencanakan penambahan fasilitas baru guna meningkatkan mutu pendidikan dan menarik minat warga di luar RT sekitar.
Senada dengan itu, Yuli (37), salah satu guru, juga menuturkan bahwa jumlah murid per kelas sangat sedikit.
“Kelas 4 dan 5 masing-masing cuma lima anak. Ya sudah biasa,” kata Yuli, yang hari itu sedang mendampingi siswa latihan pramuka.
Menurutnya, alumni, guru, dan komite sekolah sudah melakukan sosialisasi sebelum masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Namun, lulusan TK yang berada satu lingkungan dengan sekolah tersebut tahun ini hanya tiga orang.
Dua ruang bekas Taman Kanak-Kanak (TK) yang dulu aktif kini dialihfungsikan menjadi gudang karena tidak lagi digunakan.
Dari tiga anak lulusan TK itu, satu di antaranya mendaftar ke sekolah swasta di desa lain. Yuni (47), wali murid, menjelaskan alasannya memilih sekolah swasta meski rumahnya tepat di depan SDN 3 Pogalan.
“Saya sekolahkan ke tempat lain supaya dapat pelajaran agama. Di sini madrasahnya sudah tidak ada sejak ustaznya meninggal,” jelas Yuni.
Anak pertamanya dulu juga bersekolah di SDN 3 Pogalan. Namun, menurutnya, pelajaran agama yang diperoleh di sekolah tersebut tidak cukup sebagai bekal.
“Sekarang kalau tidak diajari agama sejak kecil lewat madrasah, susah. Pulang sekolah langsung pegang HP, sulit diajak belajar lagi,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Zamz