Kabar Trenggalek - Tantangan pekerja seni di tengah pandemi covid-19 memang tak bisa dipungkiri. Mulai dari ada larangan untuk berkerumun, pentas kesenian jaranan harus luput langka dimata pekerja seni dan penopang properti kesenian jaranan. Seniman asal Trenggalek, Yayang Novrianto, pembuat barongan asal Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari harus bersabar dengan keadaan, Rabu (02/06/2021).
Pria kelahiran 1989 tersebut mengalami ganguan pendengaran yang diakibatkan pernah terjatuh waktu sekolah, sehingga selama 5 tahun terasa efeknya. Berbagai pengobatan telah ditempuh bersama keluarganya namun kesembuhan belum ditemukan pria yang memiliki julukan gumbreg ini.
"Saya agak tidak kedengaran mas, akibat kecil pernah jatuh dan efeknya 5 tahun ini terasa sekali, rasanya berdengung, ini saya menggunakan alat bantu pendengaran agak sedikit terbantu dengan alat ini" kata Yayang kepada awak media.
Keterbatasan yang dialaminya bukan sebuah halangan untul bangkit menafkahi keluarganya, anak satu umur satu tahun adalah tanggung jawabnya sehari-hari, memiliki keturunan para seniman jaranan disitulah darah seniman menurun terhadap Yayang, mulai dari ikut pentas sampai saat ini menjadi profesi membuat barongan yang menghasilkan nilai ekonomi.
"Kalau dari keturunan sudab ada darah seniman, dan juga tertanam nilai hobi, disitulah saya beranikan diri untuk membuat kerajinan barongan untuk dijual, untuk pembuatan sendiri kisaran 10 hari untuk ukuran sedang," terangnya.
Hasil buah tangannya sudah tersebar kemana-mana dari mulai pulau sumatra dan kalimantan, sudah pernah dijajaki barongan hasil karya Yayang, sempat kebanjiran pesanan, dalam satu bulan mampu produksi 10 barongan, dengam bandrol harga 1,5 juta untuk barongan kategori sedang.
"Sebelum pandemi satu bulan sampai 10 barongan, satunya sekitar 1,5 juta namun setelah pandemi 2 tahun ini satu bulan laku 2 barongan saja sudah lumayan untuk menyambung hidup, bahkan tidak ada sama sekali pesanan dalam satu bulan juga saya rasakan," ungkapnya.
Bahan baku utama dari kayu waru yang dibeli dari perusahaan "somel" (tempat penampungan kayu, red) yang ada di seputaran Gandusari, yang membedakan dari kerajinan barongan Yayang adalah dari cat dan ukirannya yang lebih menegedepankan kerapian. "Bahannya dari kayu waru, kalau kuncinya dalam dunia seni ya harus tulus hatinya," jelas mantan pemain jaranan kridho budoyo.
Pembeda barongan dalam seni jaranan yaitu dari bentuknya dan asal daerah, kalau untuk daerah Kabupaten Trenggalek sendiri lebih identik dengan barongan biasa, tidak begitu rumit. Pembuatan barongam sendiri yang paling lama proses pengukiran "Jamang" (Dadakan, red).
Nilai-nilai mistis yang ada didalam barongan bisa dilihat dari letak ukirannya dan jamangnya, untuk barongan sendiri ternyata juga bisa membuat manusia dirasuki setan ketika ada pementasan, "Barongan itu sebenarnya ada nilai-nilai mistisnya, jika barongan tersebut dimasuki dengan pulung, kalau bahasa mudahnya setan," tandasnya.