Tumpang tindih data kemiskinan mulai disadari pemerintah. Hal itu disampaikan Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin (Mas Ipin) saat melakukan agenda rutin, Makarya Ning Desa Hebat (Mening Deh) di Gemaharjo, Watulimo.
Dalam sambutannya, Mas Bupati menerangkan, desa jangan berlomba-lomba memasukkan data kemiskinan terhadap semua warga. Terangnya, data itu memiliki hubungan erat terhadap pengentasan kemiskinan.
"Tolong semua kalau dimintai data kemiskinan itu yang benar, riil miskin. Ditanya benar benar yang miskin, jangan berlomba-lomba mendaftarkan semua. Karena ada pikiran kalau di daftar miskin, itu pasti dapat bantuan," terang Mas Bupati Ipin.
Pria pendiri Gerakan Tengok Bawah Angka Kemiskinan (Gertak) itu menerangkan bahwa adanya Gertak sebagai jawaban ketika mendapat bantuan masyarakat mampu menengok sekitar, soal kesadaran layak atau tidak layak.
"Jadi yang merasa miskin mau melihat di sekitarnya. Katakanlah ada 10 bantuan dan kemudian orang itu masuk daftar orang ke 15. Kami mohon kesadarannya melihat sekitar, apakah pantas atau lebih pantas tetangga," tegasnya.
Tambahnya, kemiskinan ekstrem di Trenggalek diminta tahun 2024 nol persen. Sedangkan dari data kemiskinan itu pastinya 40%-nya orang-orang yang sudah tidak produktif.
Dirinya juga meminta jajaran Pemkab Trenggalek serius mengawal ini karena kadang masyarakat ketika ditanya apakah sudah mendapatkan bantuan, mereka mengatakan belum. Karena bantuan itu datang itu tidak bersamaan dengan survei.
"Kalau kayak begitu berapapun anggaran yang kita keluarkan pasti kemudian tidak terpantau di BPS sebagai program pemerintah yang kemudian bisa mencukupi kebutuhan mereka," tandasnya.